Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan menerbitkan aturan baru terkait devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) menjadi 100%. Bagaimana kemudian prospek saham emiten batu bara serta crude palm oil (CPO) sebagai eksportir terbesar Tanah Air saat kebijakan baru itu bergulir?
Sebagaimana diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah telah menyepakati aturan terbaru DHE SDA.
Airlangga menuturkan dalam aturan terbaru ini, retensi atau penahanan DHE sebesar 100% dengan jangka waktu minimal satu tahun. Sebelumnya, aturan DHE hanya mengharuskan retensi DHE sebesar 30% dalam jangka waktu minimal tiga bulan.
Atas kebijakan itu, Pemerintah akan segera merevisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36 dan akan diperlakukan per 1 Maret tahun ini. Airlangga meyakini ketentuan baru ini dapat meningkatkan cadangan devisa Indonesia secara signifikan, sampai di atas US$90 miliar.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai terdapat dampak negatif dan positif dari kebijakan baru DHE SDA ini bagi emiten batu bara serta CPO.
"Dampak negatif dari peraturan DHE ini ada karena dengan diterapkannya tarif DHE yang 100% ini bisa jadi mengganggu operasional dari emiten CPO, terlebih pada emiten dengan kewajiban besar atau kebutuhan likuiditas cepat," ujarnya, Kamis (30/1/2025).
Baca Juga
Namun, kebijakan tersebut memberikan kemudahan seperti potongan DHE untuk kebutuhan membayar pajak, dividen, royalti, atau biaya lain yang membutuhkan dolar, pajak bunga deposito DHE menjadi 0%, uang DHE juga bisa dijadikan jaminan untuk pinjaman bank.
Adapun, selain dengan sentimen kebijakan DHE SDA, menurutnya gerak saham emiten batu bara serta CPO dipengaruhi sentimen lainnya.
"Saat ini posisi over-suppply masih menjadi pengaruh pergerakan emiten CPO dan batu bara. Kondisi demand yang masih belum normal juga membuat harga-harga komoditas terkait masih dalam level terendahnya," ujar Azis.
Untuk CPO, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina sebelumnya menjelaskan bahwa pada kuartal I/2025, harga CPO akan merangkak seiring momen puasa dan lebaran. "Kami pun cukup positif terhadap sektor CPO," ujar Martha pada beberapa waktu lalu.
Martha juga menuturkan selain sentimen yang datang dari momen puasa dan lebaran, prospek CPO juga akan semakin menarik dengan penerapan program biodiesel menjadi B40 pada 2025. Setelah itu, pemerintah juga masih berencana untuk menerapkan program biodiesel B50 pada 2026 yang akan membuat prospek CPO semakin menarik.
Untuk batu bara, dalam risetnya, Ciptadana Sekuritas optimistis volatilitas pergerakan harga batu bara termal telah berkurang secara signifikan. Oleh karena itu, harga batu bara dapat mempertahankan kondisi yang tinggi selama tiga tahun ke depan dengan kisaran di atas US$100 per ton.
Dengan demikian, sebagian besar emiten pertambangan batu bara seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) masih dapat berkinerja moncer serta menghasilkan dividend yield yang menarik pada 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.