Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kala Saham Harita Nickel (NCKL) Jatuh di Bawah Harga IPO

Saham NCKL parkir di zona merah dengan melantai di level Rp705 per saham. Posisi itu lebih rendah 43,6% atau telah terkoreksi 545 poin dari harga saat IPO.
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel makin jauh meninggalkan harga saat penawaran umum saham perdana (IPO).

Sampai penutupan perdagangan pekan lalu, saham NCKL parkir di zona merah dengan melantai di level Rp705 per saham. Posisi itu lebih rendah 43,6% atau telah terkoreksi 545 poin dari harga saat IPO pada 12 April 2023 lalu di level Rp1.250 per saham.

Belakangan, BCA Sekuritas merevisi target harga untuk NCKL ke level Rp770 per saham, dari awalnya sempat dipatok tinggi di angka Rp1.200 per sham. 

“Kami kini menetapkan target EV/EBITDA pada 6,8X (sebelumnya 7,2X), mendekati -1 standar deviasi. Risiko terhadap penurunan profitabilitas nickel pig iron (NPI) dan produk sampingan HPAL saat ini cukup tinggi,” kata analis BCA Sekuritas Muhammad Fariz lewat riset dikutip, Selasa (28/1/2025). 

Selain itu, BCA Sekuritas turut menyematkan rating underweight untuk sektor nikel dalam riset teranyar akhir bulan ini. Pasar nikel global dianggap masih lesu akibat oversupply

Fariz mengatakan pandangan underweight itu berasal dari pertimbangan tinginya produksi baja tahan karat di China di tengah permintaan yang melanjutkan tren pelemahan. 

Konsekuensinya, terjadi penumpukan stok di sejumlah produsen yang belakangan ikut berdampak pada pasokan NPI di pasar. 

“Kami menilai bahwa NPI dan baja tahan karat kini menunjukkan tanda lampu kuning karena ruang untuk perbaikan harga mungkin terbatas jika pasokan NPI terus meningkat, sementara permintaan tetap lemah,” tulis Fariz.

BCA sekuritas menyesuaikan asumsi harga rata-rata LME nikel dan NPI masing-masing, dari US$18.000 per ton dan US$13.327 per ton menjadi sebesar US$17.062 per ton dan US$13.466 per ton sepanjang tahun 2024. 

Sementara itu, asumsi harga rata-rata LME nikel untuk tahun 2025 dan 2026 masing masing sebesar US$17.000 per ton, dari semula disematkan di level US$19.000 per ton dan US$20.000 per ton. 

Selanjutnya, BCA Sekuris mengoreksi harga NPI pada periode 2025 dan 2026 masing-masing ke level US$13.418 per ton, dari semula diproyeksikan mencapai US$14.068 per ton dan US$14.808 per ton.

“Karena sektor ini menunjukkan tanda-tanda lampu kuning dan merah serta belum ada perbaikan signifikan pada permintaan, kami mengubah urutan prioritas kami menjadi ANTM>INCO>NCKL (sebelumnya INCO>NCKL>ANTM),” kata dia. 

Sebelumnya, Harita Nickel sendiri memang merencanakan pembelian kembali saham dengan nilai maksimal sebesar Rp1 triliun. NCKL telah menunjuk PT Harita Kencana Sekuritas untuk melaksanakan buyback melalui BEI. 

Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandy menyebutkan pemegang saham memutuskan persetujuan untuk pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh NCKL.  

“Kami melihat harga saham NCKL belum mencerminkan fundamental,” kata dia dalam paparan publik, Kamis (27/6/2024). 

Buyback dilakukan dalam kurun waktu 12 bulan sejak disetujui dalam RUPST pada 27 Juni 2024 lalu. Adapun sumber dana yang digunakan untuk buyback berasal dari dana internal, bukan merupakan hasil penawaran umum atau dana pinjaman dalam bentuk apapun.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper