Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) memenangkan kontrak jasa penambangan di blok nikel konsesi PT Vale Indonesia Tbk (INCO), area Bahopi Blok 2 dan Bahadopi Blok 3, Sulawesi Tengah.
Kontrak itu memiliki nilai US$1 miliar atau sekitar Rp16 triliun dengan jangka waktu 10 tahun.
“Penetapan pemenang ini akan diikuti oleh proses penandatangan kontrak oleh kedua belah pihak,” kata Sekretaris Perusahaan INCO Wiwik Wahyuni lewat keterbukaan informasi, Rabu (15/1/2025).
Adapun, area pertambangan Bahodopi Blok 2 dan 3 itu mencakup pekerjaan jasa pengupasan lapisan tanah, penambangan dan pengangkutan bijih nikel serta pembangunan infrastruktur yang terkait dengan jasa pertambangan.
“Baik perseroan dan PTRO akan segera memfinalisasi penandatangan kontrak jasa pertambangan tersebut, yang diharapkan bisa selesai pada Maret 2025,” kata Wiwik.
Seperti diketahui, INCO belakangan tengah gencar meningkatkan produksi bijih nikel dari sejumlah pengembangan blok di Bahodopi, Pomalaa dan Sorowako. INCO mengincar pinjaman sebesar US$1,2 miliar untuk proyek pengembangan tambang tersebut.
Baca Juga
Berdasarkan data INCO, proyek pengembangan tambang di Bahodopi diperkirakan selesai pada kuartal IV/2025 dengan tambahan kapasitas produksi mencapai 3,84 juta ton saprolit per tahun. Belanja modal untuk proyek itu sebesar US$399 juta.
Selanjutnya, INCO turut mengejar pengambangan blok tambang baru di Pomalaa dengan tambahan produksi tahunan 28,15 juta saprolit dan limonit. Belanja modal untuk blok tambang baru ini sebesar US$1 miliar yang diharapkan beroperasi pada kuartal II/2026.
Proyek tambang baru di Pomalaa telah berjalan 22%. Sementara itu, blok tambang baru di Sorowako menelan investasi sekitar US$257 juta dengan ekspektasi tambahan produksi tahunan 11,5 juta limonit. Proyek ini diharapakan selesai pada kuartal III/2026.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PTRO Anto Broto mengatakan perseroannya bersama dengan INCO tengah memfinalisasi kontrak anyar tersebut.
“Masih sedang dalam proses finalisasi kontrak,” kata Anto.
Di lantai Bursa, pada perdangan hari ini, Rabu (15/1/2025) hingga pukul 14.30 WIB, saham PTRO justru terkoreksi 4,26% atau 150 poin ke level Rp3.380 per lembar, seiring dengan kabar kontrak anyar dari tambang INCO.
Kendati demikian, saham PTRO telah menguat 16,15% atau 470 poin sepekan terakhir setelah perseroan memecah saham atau stock split pada harga teoritis Rp2.745 per lembar.
Sampai kuartal III/2024, emiten yang dikendalikan Prajogo Pangestu itu mencetak penurunan laba bersih ke level US$2,86 juta.
Berdasarkan laporan keuangannya, PTRO mencatatkan pendapatan sebesar US$509,91 juta atau setara Rp7,72 triliun (kurs Jisdor Rp15.144 per dolar AS 30 September 2024).
Pendapatan ini naik 21,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$418,78 juta. Di sisi lain, beban usaha langsung PTRO naik 20,46% menjadi US$438,03 juta, dari sebelumnya US$363,1 juta.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.