Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah investor pasar modal bakal makin solid pada tahun ini seiring dengan target 20 juta investor hingga 2027.
Dari kalangan anggota bursa (AB), PT Sucor Sekuritas menargetkan total mencapai 100.000 investor hingga akhir 2025. CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan saat ini jumlah investor terdaftar mencapai 80.000 orang.
Porsi investor muda mencapai 70% sampai dengan 80% dari keseluruhan profil investor di Sucor Sekuritas. Pasar saham di Indonesia dinilai masih memiliki ruang pertumbuhan lapang seiring dengan upaya edukasi yang makin luas di tengah masyarakat. Kesempatan pasar yang masih terbuka lebar itu bakal menjadi peluang bagi perusahaan sekuritas untuk memperkuat basis investor di pasar modal.
Selain soal investor pasar modal di Tanah Air, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan BisnisIndonesia.id pada Rabu (8/1/2025). Di antaranya adalah:
1. Mengincar Basis Investor Pasar Modal
BEI menargetkan 2 juta investor masuk Bursa. Berdasarkan data BEI, saat ini jumlah investor pasar modal mencapai 14,8 juta investor. Sementara itu, jumlah pelanggan terdaftar kripto mencapai 21,63 juta per Oktober 2024.
Dengan target pertumbuhan investor itu, BEI mengincar rata-rata nilai transaksi saham harian (RNTH) mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek pada 2025. Oleh karena itu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan otoritas akan menambah produk dan instrumen seperti single stocks future (SSF) dan kontrak berjangka indeks asing.
Selain itu, lanjutnya, Bursa akan memberikan stimulasi ke AB untuk meningkatkan jumlah investor dan transaksi tahun depan. Bursa berharap dengan pemberian stimulasi tersebut, AB menjadi lebih aktif untuk menjaga investornya.
2. G20 vs BRICS, ‘Duel’ Penguasa Ekonomi Dunia?
Forum negara-negara berkembang BRICS menjadikan 2025 sebagai momen penting untuk mendefinisikan ulang peran blok tersebut dalam lanskap ekonomi dan politik global.
Pada 2025, Brasil akan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri dan kepala negara anggota BRICS.
Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Luiz Iecker Vieira menjelaskan bahwa BRICS, yang dirintis sejak 2006 dengan anggota awal Brasil, Rusia, India, dan China, telah berkembang pesat hingga kini dan makin mendapatkan perhatian global dengan posisinya sebagai kekuatan kolektif.
3. KEK Johor-Singapura Siap Jadi Magnet Investasi Asean
Mega proyek antara ekonomi terbesar di Asia Tenggara Malaysia dan Singapura siap menyedot investasi global bernilai miliaran dolar.
Kedua negara akhirnya menyepakati investasi ekspansi 50 proyek dalam 5 tahun ke depan dan 100 proyek dalam 10 tahun ke depan, seperti dikutip Channel News Asia.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyaksikan kesepakatan Johor-Singapore Special Economic Zone (JS-SEZ) atau KEK JS dalam pertemuan pemimpin Malaysia-Singapura ke-11 di Putrajaya pada Selasa (7/1/2025). Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan setahun lalu.
4. Honda dan Toyota (ASII) Susun Strategi Hadapi Opsen Pajak Kendaraan
Agen tunggal pemegang merek Honda dan Toyota menyusun strategi dalam menghadapi opsen pajak kendaraan. Meski kebijakan itu menambah fiskal daerah, ada dampak negatif, yaitu penurunan daya beli masyarakat.
Kebijakan ini memunculkan mispersepsi di berbagai kalangan, termasuk publik. Masyarakat khawatir akan ketiban tambahan beban pajak kendaraan.
Opsen pajak adalah pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu, berdasarkan Undang-Undang No. 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).
5. Penyaluran Kredit Bank Tumbuh Melandai ke Rp7.717 Triliun
Penyaluran kredit industri perbankan mencapai Rp7.717 triliun, tumbuh 10,79% secara tahunan pada November 2024 atau lebih landai dari capaian Oktober 2024 sebesar 10,92%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa pertumbuhan kredit hingga bulan kesebelas tahun lalu masih melanjutkan catatan dobel digit sebesar 10,79% secara tahunan (year-on-year/YoY) dengan nilai Rp7.717 triliun.
Kendati makin besar, bobot pertumbuhan penyaluran kredit pada November lebih terbatas dari realisasi pada Oktober 2024 dengan 10,92% YoY ke Rp7.656,9 triliun.
Menariknya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada November 2024 sebesar 7,54% YoY atau lebih tinggi dari Oktober 2024 sebesar 6,74% YoY.