Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perbankan pelat merah, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menahbiskan diri sebagai saham dengan pertumbuhan paling tinggi di Indeks BUMN 20 sepanjang tahun berjalan 2024.
Melansir Bloomberg Terminal hingga perdagangan sesi pertama Senin (23/12/2024), Indeks Saham BUMN alias IDXBUMN 20 berada di level 352,22. Posisi tersebut mencerminkan pelemahan sebesar 15,39% secara year to date (YtD).
Dari 22 saham penghuni indeks, tercatat hanya ada 6 saham yang mampu menorehkan pertumbuhan kinerja selama periode tahun berjalan 2024.
Di posisi pertama ada saham BRIS yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 62,29% menuju level Rp2.800. Kenaikan ini memberikan bobot 12% terhadap indeks.
Peringkat kedua dihuni oleh saham PT Timah Tbk. (TINS) dengan pertumbuhan 56,59% YtD menjadi Rp1.010 per saham. Posisi tersebut diikuti oleh saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang meningkat 52,74% YtD.
Saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyusul dengan kenaikan sebesar 22,82% YtD ke Rp2.590, lalu saham PT Elnusa Tbk. (ELSA) menguat 19,48% YtD menjadi Rp434, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) tumbuh 0,34% YtD menuju Rp5.775.
Baca Juga
Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo mengatakan performa indeks BUMN sangat bergantung dari kinerja emiten perbankan.
Di samping itu, indeks juga dipengaruhi oleh faktor geopolitik yang berisiko membuat asing menarik dananya dari pasar dalam negeri. Pasar saat ini juga sedang menantikan arah kebijakan tarif jelang pelantikan Donald Trump pada 2025.
"Dan, secara kinerja belum ada performa yang begitu baik dari emiten BUMN sehingga kami melihat secara prospek masih bisa potensi negatif," ujar Aziz saat dihubungi Bisnis beberapa waktu lalu.
Kendati masih terdampak sejumlah sentimen negatif, Azis menilai bahwa harga saham pelat merah yang sudah terkoreksi dapat menjadi opsi bagi investor untuk melakukan pembelian jangka pendek.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan penurunan IDX BUMN 20 disebabkan oleh tekanan aksi jual yang melanda sejumlah perusahaan pelat merah, khususnya di sektor perbankan.
Kendati demikian, dia meyakini koreksi saham-saham pelat merah masih memiliki prospek cerah seiring katalis positif dari pemangkasan suku bunga hingga komitmen pemerintah dalam menggenjot investasi ke depan.
_____________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.