Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilau Harga Emas Kembali setelah Anjlok 4% Pekan Lalu

Harga emas menguat seiring pelemahan dolar AS, hingga prospek penurunan suku bunga The Fed setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Tumpukan emas batangan di Inggris. / Bloomberg-Chris Ratcliffe
Tumpukan emas batangan di Inggris. / Bloomberg-Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas menguat pada awal pekan setelah mengalami penurunan mingguan terburuk sejak 2021.

Kenaikan harga emas dipicu pelemahan dolar AS dan sikap pelaku pasar yang mempertimbangkan prospek penurunan suku bunga The Fed atau Federal Reserve mengingat kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih tahun depan.

Mengutip Bloomberg pada Senin (18/11/2024), harga emas naik 1% menjadi ke level US$2.597,34 per ons setelah anjlok lebih dari 4% pada minggu lalu. Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot turun 0,1%.

Meskipun kemenangan Trump telah mengaburkan prospek penurunan suku bunga tahun depan mengingat potensi kebijakannya yang bersifat inflasi, sekitar setengah dari pedagang swap memperkirakan kemungkinan akan ada penurunan suku bunga The Fed bulan depan sebelum pelantikannya. 

Adapun, biaya pinjaman yang lebih rendah akan menguntungkan emas, karena tidak membayar bunga.

Dorongan tambahan datang dari Goldman Sachs Group Inc., yang menegaskan kembali perkiraan harga akan naik ke US$3.000 per ounce tahun depan, dan para analis menyarankan investor untuk memilih emas. 

Bank tersebut mencatatkan taruhan pada kenaikan emas batangan di antara pilihan komoditas utama mereka untuk tahun 2025 karena The Fed memangkas suku bunga, bank sentral terus menambahkan logam mulia, dan Trump menjadi presiden.

Harga emas telah merosot sekitar 7% dari rekor bulan lalu, dengan kerugian yang semakin cepat setelah kemenangan Trump, yang telah mendorong lonjakan dolar ke level tertinggi dalam dua tahun. Dengan latar belakang tersebut, perkiraan bullish dana lindung nilai turun ke level terendah dalam lebih dari tiga bulan, menurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi.

"Faktor pendukung fundamental emas tidak pernah hilang," kata Strategist di Saxo Capital Markets Pte, Charu Chanana, seraya mencatat bahwa reli dolar baru-baru ini telah terhenti. 

Selain itu, perkembangan geopolitik mungkin mendorong permintaan surga, katanya, dimana Korea Utara dikatakan sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan sebanyak 100.000 tentara untuk membantu perang Rusia melawan Ukraina.

Dengan sejumlah pejabat The Fed yang akan menyampaikan pidatonya minggu ini, beberapa di antaranya telah mengisyaratkan keterbukaan terhadap pelonggaran lebih lanjut. 

Pada Jumat pekan lalu, Austan Goolsbee dari Fed Chicago mengatakan selama inflasi terus turun menuju sasaran bank sebesar 2%, suku bunga akan “jauh” lebih rendah dalam 12 hingga 18 bulan. 

Sementara itu, Presiden Fed Bank of Boston Susan Collins mengatakan pengurangan suku bunga pada bulan Desember masih mungkin dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper