Bisnis.com, JAKARTA — Emiten komponen otomotif, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) milik konglomerat TP Rachmat bergeliat melakukan diversifikasi produk ke komponen non-otomotif seiring dengan lesunya penjualan mobil domestik pada tahun ini.
Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso mengatakan langkah diversifikasi produk dilakukan mulai tahun ini, salah satunya dengan mengembangkan battery energy storage system. Komponen tersebut dibutuhkan di panel surya atau solar panel.
"Battery energy storage system sudah diproduksi. Kami suplai ke salah satu pengembang perumahan," ujar Irianto dalam public expose pada Kamis (14/11/2024).
Irianto mengungkapkan DRMA pun telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan pemain solar panel terbesar dari China terkait penyediaan komponen tersebut.
Dia mengatakan peluang pengembangan komponen untuk energi terbarukan seperti battery energy storage system terbuka lebar. Apalagi, dalam KTT Perubahan Iklim PBB atau Conferrence of the Parties ke-29 (COP29) baru-baru ini, Pemerintah Indonesia berencana menawarkan peluang kepada investor internasional untuk membangun 75 gigawatt (GW) pembangkit listrik energi terbarukan dalam 15 tahun ke depan.
"Kebutuhan baik dari pemerintah ataupun kebutuhan pemain energi terbarukan, serta untuk ekspor itu hal yang sangat besar. Hal ini juga menjadi kesempatan growth bagi kami. Bisa juga jadi core bisnis ke depannya," tutur Irianto.
Diversifikasi produk yang dilakukan DRMA ini seiring dengan lesunya industri otomotif, terutama penjualan mobil dalam negeri. Sebagaimana diketahui, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah merevisi target penjualan mobil dari awalnya 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit pada 2024. Penurunan target penjualan mobil seiring dengan kondisi lemahnya angka penjualan sepanjang tahun ini.
Setidaknya hingga September 2024, mengacu data Gaikindo, penjualan mobil secara wholesales di Indonesia mencapai 72.667 unit, turun 9,1% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 79.919 unit.
Sejalan dengan lesunya penjualan mobil itu, kinerja penjualan serta laba DRMA pun turun. DRMA mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp412,07 miliar. Torehan itu terkoreksi 20,66% YoY.
Koreksi laba bersih yang cukup lebar itu terjadi seiring dengan turunnya penjualan bersih perseroan sampai kuartal III/2024. DRMA membukukan penjualan sebesar Rp4,02 triliun sampai September 2024, turun 5,25% YoY.
Irianto mengatakan turunnya kinerja laba dan penjualan DRMA per kuartal III/2024, dipengaruhi salah satunya oleh lesunya industri otomotif dalam negeri.
"Kita tahu secara domestik, market penjualan mobil turun lebih dari 15%. Target penjualan mobil nasional tahun ini pun turun jadi hanya 850.000," ujarnya dalam public expose pada Kamis (14/11/2024).
Selain itu, penurunan laba bersih DRMA per kuartal III/2024 dipengaruhi oleh dikeluarkannya goodwill negatif sebesar Rp55,93 miliar.