Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menargetkan perbaikan margin laba usai kerja sama pembelian emas dari PT Freeport Indonesia (PTFI).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Arianto Sabtonugroho Rudjito memebeberkan kerja sama dengan PTFI itu menawarkan harga pembelian emas yang lebih kompetitif.
“Sama Freeport ada agreement elemen diskonnya dari harga emas global terus kita juga bisa berhemat dari biaya impornya,” kata Arianto selepas RUPSLB di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Arianto menuturkan ANTM selama ini dibebankan biaya impor yang cukup tinggi. Menurut dia, pengadaan impor emas itu cukup memberatkan belanja modal perseroan beberapa tahun terakhir.
“Selama ini kita ada biaya tarif impor, secara working capital kita nyangkut karena butuh restitusi pajak karena butuh waktu minimal 12 bulan,” kata dia.
Dia berharap kerja sama pembelian dengan PTFI sebanyak 30 ton setiap tahunnya bisa mengurangi beban pengadaan emas nantinya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, ANTM mencatat laba bersih sebesar Rp2,2 triliun sampai September 2024. Torehan itu turun 22,72% dari posisi laba periode yang sama tahun sebelumnya di level Rp2,8 triliun.
Berdasarkan Laporan Keuangan per kuartal III/2024, penurunan laba Antam terjadi saat pendapatan perseroan justru meningkat 39,81% ke level Rp43,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Produk emas yang berkontribusi 83% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan emas mencapai Rp35,7 triliun, meningkat 85% dari capaian 9 bulanan 2024 sebesar Rp19,29 triliun.
Sampai September 2024, ANTM mencatat total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kilogram (23.888 troy oz). Adapun, volume penjualan emas Antam dalam 9 bulan 2024 meningkat 47% secara tahunan dari 19.460 kg menjadi 28.567 kg.
Sementara itu, segmen nikel menyumbang pendapatan sebesar Rp6,1 triliun sepanjang Januari-September 2024. Nilai itu setara dengan 14% dari total pendapatan ANTM. Pada saat yang sama, volume produksi dan penjualan feronikel Antam sebanyak 15.244 ton dan 11.691 ton.
Hanya saja, pendapatan itu mesti tergerus oleh beban pokok penjualan yang naik lebih tinggi, yaitu sebesar 57,64% year-on-year (YoY) ke level Rp39,09 triliun per kuartal III/2024.
Adapun, beban pokok yang melonjak tajam itu sebagian besar akibat naiknya biaya produksi perseroan sebesar 63% ke level Rp40,8 triliun pada periode 9 bulanan tahun ini. Sebagian besar biaya produksi itu berasal dari kegiatan pembelian logam mulia dengan nilai mencapai Rp33,65 triliun.
Dari catatan perseroan, pembelian emas Antam berasal dari pihak ketiga seperti ABC Refinery (Australia) Pty. Ltd. dengan nilai transaksi Rp10,58 triliun, Stonex Apac Pte. Ltd. dengan nilai Rp8,02 triliun dan Ashoka Global SG Pte. Ltd. sebesar Rp6,45 triliun.