Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet Proyeksi Kebijakan Trump Bikin Waswas Pasar Modal RI

Kebijakan Donald Trump, yang telah memenangkan Pilpres AS, dianggap berdampak negatif bagi pasar modal RI.
Pemenang Pemilu Presiden Amerika Serikat 2024 Donald Trump. Bloomberg/Christopher Dilts
Pemenang Pemilu Presiden Amerika Serikat 2024 Donald Trump. Bloomberg/Christopher Dilts

Bisnis.com, JAKARTA — Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memenangkan kontestasi Pilpres AS. Deretan kebijakan ekonomi AS pun diproyeksikan akan bergulir di era Trump yang kemudian dianggap berdampak negatif bagi pasar modal Indonesia.

Dilansir dari Reuters, Trump tercatat telah meraih 294 suara elektoral (electoral college) mengungguli pesaingnya Kamala Harris. Untuk terpilih sebagai presiden, para kandidat harus meraih lebih dari 270 suara elektoral.

Perhitungan suara masih berlangsung di sejumlah negara bagian, seperti Nevada, Arizona, dan Maine. Namun, perolehan suara elektoral di atas 270 memastikan Trump untuk kembali menduduki Gedung Putih.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan sejumlah kebijakan ekonomi AS di era Trump kemungkinan akan bergulir. Tarif impor secara umum misalnya bisa mencapai 10%. Lalu, tarif impor China bisa mencapai 60%. Selain itu, terdapat tarif 100% untuk impor mobil.

Kemudian, meningkatkan produksi minyak dan gas. Harga komoditas minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kemungkinan flat atau cenderung melemah dikarenakan penambahan supply.

Trump juga diproyeksikan mengganti ketua The Fed. Trump pun bisa saja mencabut kewajiban produksi kendaraan listrik yang dampaknya akan negatif kepada komoditas yang berkaitan dengan komoditas seperti nikel.

Selain itu, Trump kemungkinan akan meningkatkan daya beli masyarakat AS sehingga inflasi di targetkan meningkat. Artinya, suku bunga memiliki kecendrungan hawkish.

Seiring dengan kebijakan ekonominya, perang dagang kemungkinan kembali terjadi sehingga akan menyebabkan perusahaan yang melakukan ekspor ke AS mendapatkan biaya yang lebih tinggi.

China akan mendapatkan sentimen negatif sehingga memungkinkan ekonominya semakin melambat. Apabila ekonomi China melambat maka berisiko berdampak ke ekonomi Indonesia secara tidak langsung. Hal ini karena China merupakan mitra dagang Indonesia. Lalu, komoditas energi cenderung flat.

"Trump juga kemungkinan akan kembali potong pajak perusahaan," tutur Liza kepada Bisnis pada Kamis (7/11/2024).

Pajak sebagai salah satu pendapatan negara, jika berkurang maka harus diganti dari sumber lainnya. Drama budget deficit menurutnya akan terus dimainkan tiap tahunnya dan Pemerintah AS akan meminta parlemen mereka untuk setujui kenaikan plafon utang.

"Jadi US Treasury pasti akan banyak digelontorkan, menyebabkan harga obligasi negara AS turun, tapi yield naik terus, dengan demikian, menyebabkan FFR [Fed Fund Rate] juga susah turun secepat yang diperkirakan sebelumnya," ujar Liza.

Kondisi demikian menurutnya memberikan berbagai dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, yang kemudian memberikan sentimen negatif bagi pasar modal Indonesia.

Trump berpotensi menaikan tarif impor produk Indonesia sebesar 20%. Sementara, mengacu data per September 2024, ekspor Indonesia kedua terbanyak adalah ke pasar AS. Jadi, ada kemungkinan ekspor Indonesia ke AS akan turun.

Trump juga dinilai akan lebih mengutamakan investasi dan pembangunan di dalam negeri. Oleh karena itu sulit untuk mengharapkan kenaikan foreign direct investment (FDI) dari AS dibandingkan masa pemerintahan sebelumnya, Joe Biden. 

"Saat ini saja mulai terasa capital outflow yang kembali kabur dari pasar saham Indonesia," jelasnya.

Pasar saham Indonesia sendiri mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,14 triliun pada perdagangan kemarin, Rabu (6/11/2024). Dalam sepekan, net sell asing mencapai Rp1,4 triliun. Meskipun, pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp37,59 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Kemudian, harga komoditas terkait green energi seperti nikel, yang merupakan komoditas andalan Indonesia diperkirakan akan turun. Sebab, Trump disebut-sebut berencana untuk mencabut mandat mobil listrik.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper