Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reaksi Negatif Pasar Saham RI saat Trump Menang Pilpres AS, Ini Penyebabnya

Pasar saham Indonesia bereaksi negatif menyusul hasil pilpres AS yang dimenangi Donald Trump.
Pekerja beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (25/9/2024)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Pekerja beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (25/9/2024)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Indonesia bereaksi negatif atas kemenangan kandidat Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Hal ini tecermin dari melemahnya rupiah terhadap greenback dan jatuhnya harga saham-saham blue chip pada perdagangan Rabu (6/11/2024).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,44% ke level 7.383,86 pada perdagangan hari ini. Mayoritas indeks berdasarkan sektor berakhir di zona merah, dengan pelemahan terdalam dialami saham sektor teknologi sebesar 2,96%.

Kemudian sektor properti melemah 2,00% dan sektor finansial turun 1,77% setelah emiten perbankan berkapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI parkir di zona merah.

“Indeks dolar yang menguat memberi tekanan pada saham-saham blue chip,” kata Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas, Rabu (6/11/2024). 

Dia mengemukakan kemenangan Trump membawa sentimen positif pada pasar kripto, sejalan dengan janji dukungan yang diutarakannya saat kampanye. Sementara itu saham, Sukarno mengatakan pelaku pasar perlu tetap mencermati kinerja teranyar emiten. 

“Sektor yang berpotensi diuntungkan dalam jangka panjang adalah basic material seperti industri emas. Ini didorong oleh ekspektasi inflasi akan terjadi sehingga emas menjadi alternatif investasi lindung nilai,” tambahnya. 

Sementara itu, Head of Investment Eastspring Investments Indonesia Liew Kong Qian mengemukakan dampak terpilihnya Trump terhadap pasar finansial Indonesia merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari.

Meski demikian, perekonomian nasional yang masih berorientasi konsumsi domestik dia nilai masih cukup terlindungi dampak negatif tersebut. Terlebih, rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia menjadi salah satu yang terendah di kawasan Asia yakni di level 21,7% berdasarkan data World Bank 2023.

“Membaiknya stabilitas eksternal selama beberapa tahun terakhir, yang terlihat dari penurunan defisit transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, dan terkendalinya tingkat utang, membuat Indonesia lebih siap menghadapi potensi guncangan pasar global,” kata Liew Kong Qian.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper