Bisnis.com, JAKARTA – PT Schroder Investment Management Indonesia memproyeksikan aliran dana asing ke pasar saham Indonesia makin deras pada akhir tahun ini seiring dengan menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan.
Tercatat, per Agustus 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 5,72% secara bulanan (month of month/MoM) dengan arus masuk asing sebesar Rp28,8 triliun.
IHSG berhasil pulih dan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan bulan Agustus, didorong oleh aliran masuk asing dan belanja investor lokal.
"Meskipun kinerja emiten sejauh ini belum begitu memuaskan, sementara banyak investor yang memperhatikan perkembangan dari sisi politik. Pemilihan saham menjadi kunci pada saat ini menurut pandangan kami," tulis Schroder Investment Management Indonesia dalam laporannya pada Rabu (11/9/2024).
Tingkat IHSG tertinggi sepanjang masa baru-baru ini juga sebagian besar digerakkan oleh sentimen makro. Terjadi rebound rupiah yang kuat dan ekspektasi tinggi akan penurunan suku bunga The Fed.
Sentimen-sentimen seperti rupiah dan suku bunga juga akan menjadi pendorong utama pasar pada kuartal III/2024.
Baca Juga
"Karena asing melihat Indonesia sebagai negara yang sensitif terhadap suku bunga, maka kami melihat arus masuk masuk ke pasar obligasi dan ekuitas," tulis Schroder Investment Management Indonesia.
Menurut laporan Schroder, beberapa ekonom memperkirakan penurunan suku bunga The Fed akan lebih dangkal dan dapat menimbulkan risiko terhadap pergerakan mata uang. "Namun, kami berpendapat bahwa investor tetap harus menyambut baik setiap pemotongan suku bunga," tulis Schroder Investment Management Indonesia.
Sebelumnya, Fixed Incomed Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno memproyeksikan arus dana asing ke pasar keuangan Indonesia masih akan mengalir deras. Proyeksi tersebut didukung oleh disiplin fiskal Indonesia yang kuat.
"Kami tetap meyakini bahwa arus masuk yang kuat ke Indonesia akan tetap terlihat hingga akhir tahun 2024," tuturnya.
Namun, meski kekhawatiran tentang depresiasi rupiah telah mereda, pasar tetap berhati-hati terhadap pemerintahan yang akan datang di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Di sisi global, ketidakpastian pemilu AS dan potensi ketegangan geopolitik masih dapat membebani sentimen terhadap pasar Indonesia.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.