Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global lesu di zona merah meski masih berada di atas US$2.000 per troy ons, karena pelaku pasar masih mencerna dan menantikan rilis lengkap data ekonomi AS.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (7/4/2023) pukul 15.00 WIB, harga emas Comex terpantau turun 9,20 poin atau 0,45 persen ke US$2.026,40 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot terpantau turun 12,82 poin atau 0,63 persen ke US$2.007,91 per troy ons.
Harga emas turun dari level tertingginya dalam 13 bulan lantaran para trader masih mencerna data ekonomi AS terkhir dan potensi dampaknya pada langkah The Fed terkait kebijakan suku bunga selanjutnya.
Tingkat pengangguran AS tercatat lebih tinggi dari ekspektasi pada data yang dirilis pekan lalu, dan menegaskan tantangan yang tengah dihadapi perekonomian Amerika Serikat.
Adapun, data pada Rabu (5/4/2023) menunjukkan bahwa sektor jasa AS bertumbuh jauh lebih lambat pada Maret dibandingkan dengan yang diproyeksikan, sementara perusahaan juga menambah pekerja lebih sedikit dari perkiraan.
Dikutip dari Bloomberg, sejumlah Trader mengatakan telah menaikkan taruhan mereka untuk The Fed melakukan penurunan suku bunga akhir tahun ini di tengah kekhawatiran resesi. Hal itu akan membawa keuntungan bagi, yang biasanya diuntungkan dari kebijakan moneter yang lebih longgar.
Bullion terlihat mencapai rekor tertinggi dan melonjak pada bulan Maret karena gejolak di sektor perbankan. Investor akan mengamati dengan cermat tanda-tanda lebih lanjut bahwa Fed mungkin akan mengerem inflasi ketika angka data ekonomi pada nonfarm payrolls dan pengangguran dirilis hari ini, Jumat (7/4/2023).
Sebelumnya, Research & Development ICDX, Revandra Aritama mengatakan pada kuartal II/2023 sejumlah sentimen membayangi pergerakan harga emas, di antaranya pengaruh krisis perbankan dunia terhadap kondisi ekonomi, kebijakan The Fed menyusul kondisi ekonomi saat ini, dan kondisi inflasi AS.
"Kami memproyeksikan range harga emas akan berada di sekitar US$1.850-US$2.050 per oz," ujarnya saat ditemui Kamis (6/4/2023).
Revan mengatakan sentimen pergerakan harga emas tidak jauh dari kebijakan suku bunga The Fed, baik jika The Fed akan menahan atau menurunkan suku bunga.
"Kalau suku bunga diturunkan sementara inflasi masih tinggi, ada peluang buat emas akan naik, kami coba ambil harga yang agak ekstrem mungkin mendekati all time high seperti yang terjadi pada 2020, di US$2.050 per ons," katanya.
Nantikan Data Non-Farm Payroll AS, Harga Emas Masih Lesu
Penyebab harga emas lesu di antaranya pelaku pasar menantikan rilis lengkap data ekonomi AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Reni Lestari
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
59 menit yang lalu