Bisnis.com, JAKARTA - Emas amblas setelah bukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Maret karena pasar menunggu indikator baru tentang keadaan ekonomi global dan laju kenaikan suku bunga AS.
Emas batangan tercatat naik 2,2 persen minggu lalu di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve akan mengurangi laju kenaikan suku bunga karena ekonomi AS melambat.
Namun, kenaikan ini berakhir pada Juli ketika logam mulia turun untuk bulan keempat berturut-turut karena pasar terus kehilangan dolar AS sebagai opsi safe-haven.
Data ketenagakerjaan AS akan menjadi fokus minggu ini, dengan klaim pengangguran untuk Juli pada hari Kamis (4/8/2022) dan nonfarm payrolls sehari kemudian.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu pasar tenaga kerja tetap sangat ketat, merujuk pada jumlah lowongan pekerjaan yang mendekati rekor dan pengangguran yang rendah secara historis.
"Emas telah pulih dari posisi terendah baru-baru ini dan penutupan di atas US$1.750 per ounce menunjukkan momentum positif," kata Kepala Penelitian Komoditas di Kotak Securities Ltd. Ravindra Rao.
Namun, kenaikannya akan dibatasi dengan kemungkinan The Fed tidak akan mengubah pengetatan moneternya karena laju inflasi yang tinggi.
"Sementara kekhawatiran tentang permintaan konsumen di India dan China dan berlanjutnya arus keluar ETF menunjukkan minat investor yang lebih lemah," katanya.
Pada pukul 12.44 WIB, data Bloomberg menunjukkan harga emas kembali bergerak turun. Emas di pasar spot tercatat melemah 4,97 poin atau 0,28 persen menjadi US$1.760,97 per ounce.
Adapun, emas di Comex diperdagangkan di kisaran US$1.776,30 per ounce setelah turun 5,50 poin atau 0,31 persen.