Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) terpantau memerah dua hari berturut-turut terkena aksi ambil untung atau profit taking dari para investor.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (10/3/2022) saham dengan kode ANTM ditutup turun 3,02 persen menjadi Rp2.570. Namun, dalam sepekan terakhir harga masih tumbuh 12,23 persen.
Di sisi lain, investor asing masih berminat mengoleksi ANTM. Deretan investor asing tercatat membeli saham ANTM sebesar Rp271,30 miliar sepanjang hari perdagangan.
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu menjelaskan penurunan saham ANTM hari ini merupakan lanjutan dari aksi ambil untung (profit taking) yang terjadi kemarin. Tingginya harga global saat ini berpotensi mendisrupsi buying power dari industri yang memerlukan pasokan nikel, seperti stainless steel dan electric vehicle (EV).
Lebih lanjut Dessy menambahkan, trading halt yang terjadi pada perdagangan nikel global saat ini juga menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk menahan laju kenaikan harga.
“Jika efek dari tensi geopolitik mereda, pergerakan harga komoditas bisa kembali ke level awal lagi,” jelas Dessy kepada Bisnis, Kamis (10/3/2022).
Adapun, salah satu pembeli terbesar yang paling terkena imbas adalah Tsingshan Holding Group Co., Ltd. yang menduduki posisi strategis di industri nikel Indonesia. Hal ini dapat menjadi sentimen negatif yang akan mengganggu Tsingshan membeli pasokan nikel domestik.
“Level saat ini cukup luar biasa sebagai bagian dari event tunggal yang terjadi yaitu tensi geopolitik, kami perkirakan merupakan efek jangka pendek dan akan mereda.” tutup Dessy.
Kenaikan harga nikel ditengarai karena adanya pemboikotan terkait konflik Rusia Ukraina yang memanas. Pasokan nikel secara global diperkirakan akan terganggu, pasalnya Rusia menjadi salah satu produsen nikel ketiga terbesar yang memasok 9,25 persen nikel di dunia.
Harga nikel global yang terus melejit membawa berkah tersendiri bagi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia. Indonesia mengekspor nikel olahan hingga 1 juta ton pada 2021.