Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yuan Berhasil Menguat Setelah Terdepresiasi 5 Hari Berturut-turut

Bank Sentral China kembali menetapkan tingkat referensi harian yang lebih kuat dibandingkan dengan proyeksi analis pada perdagangan Selasa (11/6/2019) sebagai langkah untuk menopang pergerakan yuan.
Yuan./.Bloomberg
Yuan./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral China kembali menetapkan tingkat referensi harian yang lebih kuat dibandingkan dengan proyeksi analis pada perdagangan Selasa (11/6/2019) sebagai langkah untuk menopang pergerakan yuan.

Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) menetapkan tingkat referensi pada level 6,8930 yuan per dolar AS, lebih tinggi 0,2 persen daripada perkiraan rata-rata analis pada level 6,9089 yuan per dolar AS.

Akibatnya, pada perdagangan Selasa (11/6/2019) pukul 09.22 WIB, yuan renmimbi berhasil menguat untuk pertama kalinya dalam 5 perdagangan terakhir, dengan terapresiasi 0,26 persen menjadi 6,9129 yuan per dolar AS.

Sementara itu, yuan offshore juga bergerak naik 0,18 persen menjadi 6,9314 yuan per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, bias yang kuat dalam penetapan tersebut mampu membatasi pergerakan yuan sebesar 2 persen melawan dolar AS, merupakan yang terbesar sejak Agustus 2017.

Adapun, yuan mulai bergerak melemah pada awal Mei akibat eskalasi perang dagang dengan AS sehingga menekan prospek pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar merosot ke level terlemah tahun ini pada perdagangan Senin (10/6/2019).

Hal tersebut memicu perdebatan apakah China akan membiarkan yuan menembus level kunci 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan.

Kepala Penelitian Australia and New Zealand Banking Group Khoon Goh mengatakan bahwa perbaikan nilai tukar akan lebih kuat dari 6,9 yuan per dolar AS sebelum KTT G20.

"Perbaikan hari ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa pihak berwenang masih berniat menjaga yuan stabil, dan tidak memiliki keinginan untuk melihatnya melemah lebih lanjut," ujar Khoon seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/6/2019).

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengancam akan kembali menaikkan tarif impor China jika Presiden China Xi Jinping tidak mau bertemu dengannya di KTT G20 pada akhir Juni mendatang di Jepang.

Investor cenderung wait and see dan mengamati dengan seksama pertemuan tersebut untuk mengukur prospek negosiasi perdagangan antara AS dan China serta prospek pergerakan yuan.

Selain itu, PBOC juga mengatakan, berencana untuk menjual surat utang di Hong Kong pada akhir bulan ini, sebagai langkah yang akan menguras likuiditas dan mendukung mata uang.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper