Bisnis.com, JAKARTA – Produsen baja di Tangshan, wilayah produsen terbesar di China, mendorong jumlah produksinya karena pemerintah lokal tidak memberikan jumlah yang pasti terkait dengan pembatasan produksi meskipun aturan pencegahan polusi dari pabrik logam mulai berlaku dalam dua pekan ke depan.
Kenaikan produksi membuat pabrik dan tambang baja semakin banyak menghasikan polutan dan kurangnya pedoman di Tangshan menunjukkan bahwa pendekatan terhadap pengurangan polusi di China kemungkinan tidak akan berjalan sesuai rencana.
Pada 27 September lalu, Menteri Lingkungan dan Ekologi China mengajukan rencana antipolusi yang memberikan izin bagi sejumlah provinsi dan kota untuk menetapkan sendiri jumlah penahanan produksinya sebagai upaya untuk mencegah polusi yang berlebihan.
Harga baja rebar di bursa Shanghai pada Kamis (18/10) mengalami penurunan 3 poin atau 0,07% menjadi 4.153 yuan per ton dan mencatatkan penguatan harga hingga 12,53% secara year-to-date (ytd).
Tangshan menyelesaikan rencananya untuk musim dingin pada 19 September yang membuat sejumlah perusahaan di dalamnya berada dalam empat kategori produksi emisi sehingga sejumlah perusahaan itu harus memangkas produksinya dari 30% hingga 70%. Rencana tersebut berlaku mulai 1 Oktober – 31 Maret 2019.
Meskipun demikian, Tangshan belum menerbitkan daftar perusahaan yang diberikan golongan tersebut. Tanpa pedoman yang baku, setidaknya ada dua produsen di Tangshan mengatakan mereka akan tetap beroperasi secara normal sejak awal bulan ini.
“Semua orang masih menantikan instruksi, tapi nyatanya belum ada pernyataan apapun dari pemerintah,” ujar Kevin Hutter, Manajer di Hebei Donghai Special Steel Co., perusahaan swasta dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 10 juta ton.
Selain dari aturan anti asap dan perbaikan operasional yang sudah terjadwal, pihak perusahaan itu mengungkapkan tidak akan memperlambat operasinya setelah aturan pemangkasan produksi pada musim panas berakhir.