Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2018, Transaksi Multilateral Melesat 39,49%

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan membukukan pertumbuhan volume transaksi multilateral sebesar 39,49% sepanjang kuartal I/2018.
Sejumlah karyawan PT Bursa Berjangka Jakarta memantau transaksi perdagangan komoditas di Galeri JFX Jakarta./Bisnis
Sejumlah karyawan PT Bursa Berjangka Jakarta memantau transaksi perdagangan komoditas di Galeri JFX Jakarta./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan membukukan pertumbuhan volume transaksi multilateral sebesar 39,49% sepanjang kuartal I/2018.

Kepala Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti Pantas Lumban Batu menyampaikan, volume transaksi multilateral pada 3 bulan pertama di tahun ini telah tumbuh 39,49% menjadi 413.613 lot dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar 296.520 lot. Angka ini merupakan pertumbuhan di atas target yang diperkirakan sebesar 10%.

“Kami menarget pertumbuhan 10% di tiap kuartal. Angka pertumbuhan di kuartal ini telah tercapai di atas target,” kata Pantas kepada Bisnis, Jumat (20/4/2018).

Berdasarkan data Bappebti Kementerian Perdagangan, volume transaksi multilateral pada kuartal I/2018 telah tumbuh 39,49% yoy menjadi 413.613 lot dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 296.520 lot.

Sementara itu, transaksi SPA menjadi 1,71 juta lot, meningkat 13,15% dibandingkan dengan kuartal I/2017 sejumlah 1,51 juta lot.

Pada kuartal I/2018, secara keseluruhan volume transaksi PBK mencapai 2,12 juta lot, tumbuh 17,48% year on year (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya sejumlah 1,81 juta lot.

Transaksi multilateral berkontribusi hingga 19,49% yoy sebesar 413.613 lot, sedangkan transaksi bilateral atau SPA menyumbang 80,51% sejumlah 1,71 juta lot.

Pantas menuturkan bahwa Bappebti memang mengharapkan pertumbuhan yang tinggi pada transaksi multilateral. Pasalnya, pertumbuhan perdagangan berjangka multilateral dinilai penting untuk pembentukan harga komoditas yang transparan dan dapat menjadi harga referensi. 

Pelaku usaha juga dapat melakukan hedging di dalam negeri untuk meminimalkan risiko fluktuasi harga bahan baku.

Sejauh ini, secara nilai ataupun volume transaksi perdagangan berjangka masih didominasi transaksi bilateral (SPA) sekitar 80:20 dengan transaksi multilateral.

Pada 2017 misalnya, total transaksi SPA mencapai 5,71 juta lot, sementara total transaksi multilateral sebanyak 1,33 juta lot.

Secara umum, Pantas menjelaskan bahwa pertumbuhan yang cukup tinggi pada kuartal I/2018 di tahun Anjing Tanah ini didorong oleh membaiknya perekonomian Indonesia seiring dengan kenaikan harga komoditas.

Mengutip informasi Bank Indonesia, bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2018 diperkirakan mencapai 5,1%, lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar 5,01%.

Adapun, menurut Bank Dunia, harga komoditas terus mengalami kenaikan pada tahun ini dengan ekspektasi pertumbuhan komoditas energi 4% dari tahun sebelumnya. 

Memanasnya harga tentu menarik minat nasabah eksis maupun calon investor untuk melakukan trading di sektor komoditas.

“Di samping itu, kegairahan dari para pelaku usaha untuk kembali ke pialang legal juga meningkat,” lanjut Pantas.

Pantas menjelaskan, dengan tidak adanya landasan hukum, nasabah menjadi khawatir sehingga semakin paham dan sadar terhadap risiko bertransaksi di pialang ilegal.

Bappebti telah bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi (kominfo) dalam menangani kasus pialang ilegal. Sebagai indikasi yang mudah dipahami oleh masyarakat ialah adanya top domain .com atau domain .co.id yang dinamatkan pada pialang resmi.

Sebelumnya, Kepala Bappebti Bachrul Chairi menuturkan bahwa pada tahun ini diproyeksikan industri PBK ditargetkan mengalami pertumbuhan 10% setelah cenderung mengalami stagnansi pada 2017.

Pertumbuhan PBK di 2017 tercatat naik 0,48% menjadi 7,05 juta lot dari 7,01 juta lot pada tahun sebelumnya. Artinya, pada tahun ini diperkirakan kenaikan mencapai 7,76 juta lot.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper