Bisnis.com, JAKARTA—Emiten energi terintegrasi PT Indika Energy Tbk. menargetkan proses pembiayaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU) Cirebon II berkapasitas 1.000 Megawatt senilai US$2,1 miliar dapat tuntas di akhir kuartal kedua tahun ini.
M. Arsjad Rasjid, Presiden Direktur Indika Energy mengatakan, proses penyelesaian pembiayaan proyek atau financial closing hingga saat ini masih berlangsung. Proses yang sedianya ditargetkan rampung pada Agustus 2016 ini molor karena rumitnya proses administrasi pelengkapan seluruh persyaratannya.
“Kita akan selesaikan di kuartal ini, itu sesuai jadwalnya karena kita ingin bisa selesaikan pembangunannya di awal 2020,” katanya usai acara paparan publik perseroan, Kamis (27/4/2017).
Meski begitu, tuturnya, sejauh ini perseroan telah memulai pekerjaan lapangan berupa pembersihan lahan, perataan dan penyiapan struktur awal untuk proyek tersebut. Kebutuhan anggarannya sejauh ini dipenuhi dari ekuitas konsorsium.
Perseroan memutuskan untuk segera memulai proyek tersebut demi mencapai target penyelesaian yang sudah disepakati sejak awal, yakni awal 2020.
Adapun, konsorsium yang membangun proyek ini terdiri atas Indika Energy (25%), Marubeni Corporation (35%), Samtan Co. Ltd. (20%), Korea Midland Power Co. Ltd. (10%), dan Chubu Electric Power Co. Inc. (10%).
Konsorsium ini bernama PT Cirebon Energi Prasarana untuk menggarap pembangkit listrik mandiri (independent power producer/IPP). Sebesar 20% pendanaan proyek ditanggung konsorsium, selebihnya dari pinjaman.
Investor PLTU Cirebon II terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Export-Import Bank of Korea, dan NEXI Investment Insurance and Comercial Bank.
Pinjaman proyek diproyeksi mencapai US$1,8 miliar-US$1,9 miliar yang dipimpin oleh JBIC. Tahap konstruksi diproyeksi membutuhkan waktu 4 tahun setelah financial clossing rampung.
Perusahaan milik keluarga Sudwikatmono itu telah memiliki PLTU Cirebon Unit I dengan kapasitas 660 MW. Pembangunan proyek PLTU Cirebon Unit II tersebut sebagai ekspansi yang akan berlokasi di Desa Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Arsjad mengatakan, perseroan masih memiliki kecukupan lahan di lokasi tersebut sedikitnya untuk membangun dua pembangkit listrik baru setelah dua yang pertama ini. Total lahan yang dimiliki perseroan di sana mencapai 260 hektar.
“Jadi, begitu ada kebutuhan, kita sudah siap untuk bangun tambahannya lagi karena lahan sudah siap. Di Indonesia, untuk memulai proyek infrastruktur itu tahap yang paling sulit adalah untuk membebaskan lahan,” katanya.