Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Ungkap Penyebab Harga Emas Dunia Masih Tren Bearish

Harga emas dunia diproyeksikan masih dalam tren pelemahan atau bearish pada pekan ini.
Pengiriman emas batangan perdana PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Antam/Dok. Freeport Indonesia
Pengiriman emas batangan perdana PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Antam/Dok. Freeport Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dunia diproyeksikan masih dalam tren pelemahan atau bearish pada pekan ini. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi harga emas, termasuk data ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spor terpantau melemah 0,04% pada US$3.309,04 per troy ounce. Sementara itu, harga emas Comex juga terpantau turun 0,66% pada level US$3.324,60.

Harga emas batangan diperdagangkan di atas US$3.306 per troy ounce, setelah turun pada Jumat pekan lalu.

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha mengatakan harga emas memulai perdagangan awal pekan ini dengan kecenderungan datar.

"Harga emas saat ini masih dalam bayang-bayang tren bearish setelah mengalami dua hari penurunan beruntun, imbas dari laporan ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari ekspektasi," kata Andy dalam keterangan tertulis pada Senin (9/6/2025).

Data nonfarm payrolls (NFP) yang dirilis pada akhir pekan lalu mencatat penambahan 139.000 lapangan kerja pada Mei 2025, lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 130.000. 

Meski angka ini sedikit lebih rendah dari revisi April 2025 yang mencapai 147.000, pasar tetap bereaksi positif terhadap ketangguhan pasar tenaga kerja AS.

Sementara itu, tingkat pengangguran tetap stabil di 4,2%, dan pendapatan rata-rata per jam juga bertahan di 3,9%, keduanya di atas proyeksi analis. Kemudian, terjadi penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah, yang keduanya memberi tekanan pada logam mulia.

Secara teknikal, Andy menjelaskan bahwa kombinasi candlestick dan indikator moving average masih menunjukkan dominasi tren bearish pada harga emas dunia.

Saat ini, harga emas dunia berada di bawah rata-rata pergerakan penting dan gagal mencetak higher high dalam beberapa sesi terakhir. Jika tekanan jual berlanjut, harga emas dunia berpotensi turun hingga ke area US$3.276 per troy ounce.

Namun, menurut Andy, skenario alternatif tetap terbuka. Apabila harga mampu rebound dan menembus level resistance terdekat di sekitar US$3.319, maka peluang untuk menguji area yang lebih tinggi kembali muncul.

Ke depan, sejumlah faktor fundamental yang patut dicermati oleh para pelaku pasar, di antaranya dinamika geopolitik dan kebijakan perdagangan.

Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa perundingan perdagangan dengan China akan dilanjutkan di London pekan ini.

"Ketidakpastian dari arah kebijakan tarif AS bisa menjadi pemicu volatilitas pasar dan membuka kembali jalur safe haven bagi emas," ujar Andy.

Menurutnya, sejarah membuktikan bahwa ketegangan dagang AS-China kerap mendorong permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Faktor lainnya yang mesti dicermati adalah perseteruan politik di AS, terutama ketegangan yang terjadi antara Trump dan CEO Tesla, Elon Musk. Perseteruan itu terjadi seiring dengan persetujuan peningkatan batas utang oleh Parlemen AS.

Ketidakpastian fiskal di AS menurut Andy dapat menciptakan sentimen hati-hati di pasar ekuitas dan mendorong investor mengalihkan sebagian dana ke instrumen lindung nilai seperti emas.

Di sisi lain, secara jangka panjang, prospek harga emas dunia didorong oleh didukung dari pembelian bersama bank sentral karena otoritas berusaha untuk mendiversifikasi kepemilikan dari dolar AS.

Pembelian tersebut, termasuk yang dilakukan bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) dipandang sebagai dukungan utama untuk harga di masa mendatang.

Secara global, analis di Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan, pemain berdaulat menambahkan sekitar 80 metrik ton emas per bulan, senilai sekitar US$8,5 miliar pada harga saat ini. 

Adapun, cadangan devisa China naik menjadi US$3.285 triliun pada Mei 2025 dari $3,282 triliun pada akhir April 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper