Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten emas diperkirakan masih memiliki peluang untuk mencetak pertumbuhan kendati harga emas mengalami pelemahan.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menjelaskan pelemahan harga emas akibat meredanya ketegangan perang tarif akan memberikan tekanan pada saham-saham emiten emas, seiring pergerakan harga komoditasnya.
"Jika melihat tren saat ini, ada potensi harga emas kembali melemah ke area US$3.000 per troy ounce, sehingga tekanan dalam jangka pendek masih cukup terbuka," kata Ekky.
Meskipun mengalami penurunan harga, lanjutnya, secara rata-rata harga jual emas saat ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Dengan demikian, Ekky melihat secara kinerja masih terdapat peluang pertumbuhan bagi emiten emas, meskipun wajar jika harga saham emas ikut melemah karena penurunan harga emas memicu penurunan ekspektasi investor terhadap kinerja ke depan.
Analis dan VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan pihaknya melihat seiring dengan deeskalasi yang terjadi antara China-AS terkait tarif dagang mendorong optimisme baru, khususnya pertumbuh dan aktivitas ekonomi global.
Baca Juga
"Sehingga hal ini memudarkan safe-havens aset, dengan harga emas tercatat bergerak ke bawah level US$3.250 per troy oz," ucapnya.
Meskipun demikian, kata Audi, untuk kinerja ANTM dan HRTA di kuartal II/2025, pihaknya memperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan, seiring dengan Average Selling Price (ASP) dari segmen emas yang akan lebih tinggi dibandingkan kuartal II/2024.
Audi juga mencatat, jika melihat kinerja kuartal I/2025, tercatat terjadi pertumbuhan dari bottom line emiten terkait dengan emas, seperti laba bersih dari ANTM yang naik 1.003% secara tahunan, HRTA naik 46% secara tahunan, dan BRMS naik 313% secara tahunan.
"Kami melihat peluang pergerakan emas sebagai hedging dan non-yielding menjadi menarik dan masih akan ditopang oleh sentimen pemangkasan FFR seiring dan juga demand ETF emas yang tinggi," tutur Audi.
Adapun Audi merekomendasikan hold untuk saham ANTM dengan target price sebesar Rp2.700, BRMS hold dengan TP Rp400 per saham, dan hold untuk HRTA dengan TP Rp700 per saham.
Sementara itu, Ekky melihat saham ANTM masih menjadi pilihan utama. Saat ini, menurutnya support kuat ANTM berada pada level Rp2.400 dan Rp2.150.
"Namun untuk saat ini saya masih memilih wait and see, karena sejak awal April harga sahamnya sudah naik cukup signifikan, sehingga koreksi saat ini masih tergolong wajar secara teknikal," kata Ekky.