Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berdampak terhadap kinerja emiten manufaktur, salah satunya sektor komponen otomotif.
Dua emiten yang bergerak di bidang tersebut, yakni PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) dan PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) telah menyiapkan strategi khusus untuk bisa mempertahankan kinerja bisnisnya.
DRMA yang merupakan emiten besutan konglomerat TP Rachmat menilai kebijakan tarif impor AS memberikan tantangan tersendiri bagi kinerja bisnis perseroan.
Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada awal bulan ini. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%.
Sementara, beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariff) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS. Tarif resiprokal Indonesia sendiri ditetapkan untuk membayar bea masuk sebesar 32%.
Meskipun, kini Trump telah menunda pemberlakukan skema reciprocal tariff selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara.
Baca Juga
Presiden Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso mengatakan kebijakan tarif AS tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi DRMA. Sebab, selama ini DRMA telah mengekspor komponen otomotifnya ke AS sebagai pengganti produk dari Meksiko.
Dari sisi biaya, menurut Irianto, kebijakan tarif impor AS tidak berdampak signifikan.
"Dari segi cost tidak ada masalah. Total cost kami tetap lebih rendah walau ada kenaikan tarif. Akan tetapi, problemnya bagaimana permintaan mobil di AS, apakah akan meningkat atau menurun dengan adanya reciprocal tariff," tutur Irianto dalam konferensi pers rapat umum pemegang saham (RUPS), Selasa (22/4/2025).
Di sisi lain, sebagai upaya antisipasi dampak kebijakan impor AS terhadap kinerja bisnis, DRMA pun memperluas pasar ekspornya tidak hanya ke AS. "Kami sudah bicara terkait pasar-pasar baru di luar AS," ujar Irianto.
Sementara itu, DRMA sendiri telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp579,28 miliar pada 2024, susut 5,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp611,75 miliar.
Penyustan laba terjadi seiring dengan turunnya penjualan DRMA 0,72% yoy menjadi Rp5,5 triliun pada 2024, dibandingkan Rp5,54 triliun pada 2023.
Segmen kendaraan roda dua (2W) menjadi kontributor utama penjualan DRMA yang mencapai Rp3,3 triliun, meningkat 11,9% yoy. Pertumbuhan segmen kendaraan roda dua DRMA sejalan dengan total penjualan sepeda motor nasional yang naik sebesar 1,5%.
Terpisah, Irianto mengatakan capaian laba DRMA pada 2024 terjadi di tengah tren penurunan penjualan di industri otomotif sepanjang 2024.
Mengacu data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada periode Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% yoy dari periode sama 2023 sebesar 1 juta unit.
Setali tiga uang, AUTO yang merupakan Grup Astra juga tengah menyiapkan strategi untuk memperluas pasar ekspor, di tengah risiko perang dagang global.
Direktur PT Astra Otoparts Sophie Handili mengatakan, ekspor Indonesia ke AS sebagian besar berasal dari sektor non-otomotif. Oleh sebab itu, menurutnya dampak dari pemberlakuan tarif impor tersebut terhadap industri komponen otomotif nasional, termasuk AUTO, relatif terbatas.
"Kontribusi ekspor ke AS masih tergolong kecil terhadap total ekspor perseroan, sehingga dampak langsung terhadap kinerja kami diperkirakan tidak signifikan," ujar Sophie kepada Bisnis.com, dikutip Senin (21/4/2025).
Kendati demikian, AUTO tetap memandang serius setiap perubahan kebijakan global sebagai bagian dari manajemen risiko. Perseroan terus memantau perkembangan situasi ini secara cermat, termasuk penundaan pemberlakuan tarif dan langkah-langkah negosiasi yang dilakukan pemerintah Indonesia.
"Kami memiliki strategi jangka panjang untuk memperkuat keberlanjutan ekspor melalui diversifikasi pasar ekspor secara proaktif. Pendekatan ini kami lakukan agar AUTO tak hanya tangguh dalam menghadapi tantangan saat ini, tetapi juga tumbuh berkelanjutan dengan daya saing global yang semakin kuat," jelasnya.
Adapun, saat ini pasar ekspor utama AUTO masih didominasi oleh negara-negara di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Sophie mengatakan, wilayah ini memiliki permintaan yang cukup stabil terhadap produk-produk komponen otomotif AUTO.
Menurutnya, upaya ini dilakukan melalui penguatan kemitraan global, peningkatan kualitas dan standar produk sesuai regulasi internasional, serta pemanfaatan jaringan distribusi yang lebih luas.
"Kami percaya bahwa dengan inovasi berkelanjutan, efisiensi operasional, dan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan pasar, AUTO dapat terus memperluas jangkauan
ekspornya dan memperkuat posisi sebagai pemain global di industri komponen otomotif," pungkasnya.
Mengacu laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) laba bersih AUTO naik 10,38% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp2,03 triliun pada 2024, dibandingkan periode 12 bulan tahun 2023 sebesar Rp1,84 triliun.
Di lain sisi, pendapatan AUTO terpantau naik tipis 2,28% menjadi Rp19,07 triliun, dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp18,64 triliun.
Adapun, penjualan pihak ketiga lokal AUTO naik menjadi Rp10,94 triliun, sedangkan penjualan ekspor juga naik menjadi Rp1,61 triliun dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp1,50 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.