Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat pulih dari tekanan jual sebelumnya setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menghentikan sementara penerapan tarif pada berbagai perangkat elektronik konsumen.
Meski demikian, penguatan ini dibayangi sikap Trump yang tetap menunjukkan ketegasan terhadap sektor teknologi.
Melansir Reuters, Senin (14/4/2025), dolar AS menguat hingga 1% terhadap franc Swiss pada awal perdagangan Senin dan menguat lebih dari 0,5% terhadap yen dan euro.
Kenaikan ini membantu memangkas sebagian kerugian pekan lalu yang mencapai 2,4%, dipicu eskalasi konflik dagang dengan China serta kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Pendorong utama penguatan dolar adalah keputusan akhir pekan dari Gedung Putih untuk menunda bea masuk atas produk seperti ponsel pintar, laptop, dan chip memori, memicu harapan akan adanya kelonggaran dalam kebijakan perang dagang.
Namun, sentimen positif itu cepat teredam setelah Trump kembali menegaskan komitmennya untuk tetap memberlakukan tarif terhadap elektronik konsumen serta melanjutkan penyelidikan terhadap chip dalam kerangka keamanan nasional.
Baca Juga
“TIDAK ADA yang akan ‘lolos’,” tegasnya melalui media sosial saat pasar Asia mulai bergerak.
Analis senior Sparebank 1 Markets AS Dane Cekov memperkirakan dolar AS masih akan melemah dalam beberapa bulan mendatang seiring mulai terlihatnya dampak tarif terhadap konsumsi, inflasi, dan pasar kerja.
“Agar dolar AS dapat bangkit secara berkelanjutan, dibutuhkan penyelesaian cepat atas perang dagang sebelum kerusakan ekonomi yang lebih dalam terjadi,” ujarnya.