Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) meyakini kinerja penyaluran kredit perbankan akan melanjutkan pertumbuhan pada kuartal I/2025 karena didorong peningkatan modal kerja menjelang Hari Raya Idulfitri.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan momentum Lebaran merupakan salah satu periode dengan penjualan tertinggi dalam setahun di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, kredit perbankan diproyeksikan meningkat.
“Biasanya, menjelang Lebaran, pencairan modal kerja meningkat, baik dari korporasi maupun UMKM. Oleh karena itu, pertumbuhan kredit di kuartal pertama saya yakin masih akan tetap baik,” ujarnya dalam sebuah diskusi pekan lalu.
Vera juga mencermati bahwa penjualan pada momentum Idulfitri pada tahun ini diperkirakan tidak berubah signifikan dibandingkan dengan realisasi 2023.
“Penjualan tahun ini masih terus kami amati, dan jika dibandingkan penjualan Idulfitri tahun lalu, tidak terlalu banyak berubah. Minimal, jika bisa mencapai angka yang sama, itu sudah menjadi sinyal positif bagi perekonomian,” tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), kredit perbankan tumbuh sebesar 10,27% year on year (YoY) pada awal Januari 2025. Kendati masih meningkat, realisasi itu melambat jika dibandingkan dengan Desember 2024 yang menorehkan kenaikan 10,34% YoY dan Januari 2024 sebesar 11,83% YoY.
Baca Juga
Di sisi lain, Vera turut menyoroti sejumlah tantangan sektor perbankan di tengah ketidakpastian kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Vera menjelaskan ketidakpastian itu turut memberikan dampak terhadap sektor keuangan. Sebab, kebijakan seperti tarif impor, imigrasi, hingga pemotongan pajak biasanya diikuti dengan kenaikan harga di AS yang pada gilirannya mengerek inflasi.
Akibatnya, The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Pernyataan ini sangat berbeda dari September tahun lalu.
“Bagi industri perbankan, ini berdampak langsung pada perbedaan suku bunga. Nasabah yang memiliki dana lebih sejak tahun lalu sudah mulai mencari investasi dengan imbal hasil lebih tinggi,” ucap Vera.
Situasi tersebut lantas berpengaruh terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Tahun lalu, lanjut Vera, pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) perbankan hanya sekitar 3%, salah satu yang terendah.
Dia juga menyatakan bahwa pertumbuhan deposito di kisaran 1,3% hingga 1,4%. Kondisi ini akhirnya membuat persaingan likuiditas antarbank menjadi semakin ketat.
“Akibatnya, cost of fund sulit turun dan ini akan menjadi tantangan bagi industri perbankan, setidaknya dalam jangka waktu satu tahun ke depan,” ungkapnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.