Bisnis.com,JAKARTA – Harga emas melanjutkan tren penguatan pada Rabu (15/1/2025), didorong pelemahan dolar AS setelah data inflasi inti AS berada di bawah ekspektasi.
Data inflasi inti AS meredakan kekhawatiran terhadap tekanan inflasi sekaligus memunculkan kembali spekulasi bahwa siklus pelonggaran moneter Federal Reserve belum selesai.
Melansir Reuters, Kamis (16/1/2025), harga emas di pasar spot menguat 0,6% ke level US$2.695,82 per troy ounce pada pukul 05.32 WIB. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS di Comex menguat 1,3% dan ditutup di US$2.717,80.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi inti, yang mengecualikan komponen makanan dan energi, mencapai 3,2% secara year on year (YoY), sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 3,3%.
Kepala analis komoditas TD Securities Bart Melek mengatakan data inflasi inti lebih rendah dari proyeksi ini memberikan membuka ekspektasi bahwa The Fed akan mempertimbangkan pemotongan suku bunga.
"Meski peluang penurunan suku bunga pada Januari sangat kecil, pasar tetap memperkirakan pemangkasan sekitar 40 basis poin sebelum akhir tahun, naik dari 31 basis poin sebelum data inflasi dirilis,” jelasnya.
Baca Juga
Indeks dolar turun tipis 0,1%, membuat logam mulia lebih menarik bagi investor global. Di sisi lain, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun juga mengalami penurunan.
Para investor kini mencemaskan dampak potensial dari kebijakan tarif yang mungkin diterapkan Donald Trump begitu ia kembali ke Gedung Putih pekan depan. Langkah tersebut berisiko memicu kenaikan inflasi dan membatasi ruang gerak The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.
"Namun demikian, ketidakpastian seputar tarif dan kebijakan perdagangan Trump yang dapat memengaruhi perekonomian global kemungkinan besar akan menjaga permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai," ujar Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse oleh OANDA.