Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Melandai Jelang Rilis Data Inflasi, Tarif AS Masih Jadi Fokus Pasar

Dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah terhadap euro pada Selasa (14/1/2025), meskipun tetap berada di kisaran level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Sabtu (7/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Sabtu (7/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah terhadap euro pada Selasa (14/1/2025), meskipun tetap berada di kisaran level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.

Melansir Reuters, Rabu (15/1/2025), mata uang euro naik 0,51% menjadi US$1,0297 setelah menyentuh level terendah US$1,0177 sejak November 2022. Mata uang ini telah tertekan lebih dari 6% sepanjang 2024 akibat ketegangan tarif dan perbedaan kebijakan moneter antara AS dan Eropa.

Sementara itu, indeks dolar AS yang membandingkan greenback dengan enam mata uang utama, turun 0,14% menjadi 109,25, sedikit di bawah level tertinggi 26 bulan di 110,17 yang tercapai pada Senin (13/1).

Data inflasi harga produsen yang lebih rendah dari ekspektasi setelah laporan pekerjaan yang kuat pekan lalu membuat arah kebijakan suku bunga Federal Reserve sulit ditebak.

Data menunjukkan indeks harga produsen (PPI) di AS meningkat secara moderat pada bulan Desember 2024. Kekhawatiran terkait potensi tarif AS yang terus menjadi sorotan telah mendorong investor untuk mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga.

Pada akhir sesi, dolar kehilangan sebagian penguatannya karena pelaku pasar berhati-hati menanti laporan inflasi indeks harga konsumen (IHK/CPI) yang dijadwalkan rilis pada Rabu.

Data ini menjadi acuan penting bagi The Fed dalam menentukan sikap terhadap kebijakan moneter.

Direktur Perdagangan Monex USA Helen Given mengatakan perdagangan hari ini para pelaku pasar sedang mempersiapkan posisi sebelum laporan CPI dirilis, sehingga muncul volatilitas yang sedikit menekan dolar.

"Isu tarif menjadi faktor dominan pergerakan pasar," tambahnya.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga pertama oleh The Fed diperkirakan pada September, meskipun tidak setinggi 50 basis poin yang diperkirakan Desember lalu.

Dengan Donald Trump akan memulai masa jabatan kedua sebagai Presiden pekan depan, fokus kini beralih ke kebijakan ekonominya yang diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Ancaman tarif bersama dengan ekspektasi lebih rendah untuk pemotongan suku bunga telah meningkatkan imbal hasil obligasi AS dan memperkuat dolar.

Namun, laporan Bloomberg menyebutkan bahwa tarif AS mungkin dinaikkan secara bertahap, yang membuat perhatian pasar kembali terfokus pada pendekatan ini.

Scott Bessent, calon Menteri Keuangan Trump, diperkirakan akan mengontrol defisit AS dan menggunakan tarif sebagai alat negosiasi, sehingga mengurangi potensi dampak inflasi dari kebijakan pemerintah.

Brad Bechtel dari Jefferies menegaskan bahwa meskipun laporan CPI penting, perhatian pasar saat ini masih terpusat pada kebijakan Trump dan pemerintahannya.

Sementara itu, Matt Weller dari StoneX menekankan bahwa laporan inflasi akan menjadi indikator yang lebih penting bagi langkah The Fed dan investor, terutama sebagai sinyal untuk memperdagangkan aset berisiko.

Dengan mata uang lain, dolar menguat tipis terhadap poundsterling sebesar 0,04% menjadi US$1,2198. Terhadap yen, dolar menguat 0,26% menjadi 157,89, dengan pasar memprediksi peluang kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan sebesar 57% dalam rapat kebijakan pekan depan.

Pasar mata uang juga memusatkan perhatian pada dolar/yuan, di mana Bank Sentral China (PBOC) telah mengadopsi sejumlah langkah untuk menahan depresiasi mata uangnya. Yuan diperdagangkan stabil pada 7,3454 per dolar AS pada Selasa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper