Bisnis, JAKARTA— Tren penurunan harga saham BBRI di pasar modal menjadi pertaruhan bagi bobot saham bank BUMN itu terhadap pasar saham yang sempat naik pada 2024. Sepanjang perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,86% ke 6.956 setelah bergerak pada rentang bawah 6.956,66 dan level tertingginya di angka 7.042,33. Lalu, kapitalisasi pasar dari indeks komposit bergerak ke Rp12.186 triliun.
Adapun, berdasarkan Google Finance, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) ditutup melemah 1,3% ke Rp3.800. Saham bank jumbo lainnya, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga turun 1,55% ke Rp9.525. Kemudian, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) tergerus 2,26% ke Rp5.400. Sementara itu, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 1,9% ke Rp4.130. Berita tersebut merupakan satu dari lima berita pilihan redaksi BisnisIndonesia.id dalam Top 5 News, Rabu (15/1/2025).
Pertaruhan Bobot Saham BBRI terhadap IHSG di Tengah Tekanan Pasar
Dalam hasil risetnya, analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis mengatakan bahwa sektor perbankan sebenarnya memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap IHSG pada awal Januari 2025 ini. Bobot sektor perbankan, kecuali saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) terhadap IHSG mencapai 28,6% atau lebih tinggi dari realisasi pada akhir 2024 dengan 26,3%.
Kemudian, diikuti oleh saham bank lainnya, BMRI naik 0,28%, BBNI naik 0,21%, dan BBCA naik 0,19%. Dengan kenaikan pengaruh saham BBRI terhadap IHSG di tengah tren penurunan harga sahamnya, keduanya menilai bahwa level impas saham bank BUMN itu sebesar Rp3.720, jika tak ada hal lain yang berubah atau ceteris paribus. Dengan demikian, bila penurunan harga saham BBRI berlanjut ke bawah Rp3.720, pengaruh BBRI terhadap IHSG bakal tergerus.
Penurunan harga saham BBRI tak terhindarkan di tengah aksi investor asing keluar dari pasar saham. Tercatat, saham BBRI memimpin aksi jual bersih oleh investor asing atau net foreign sell sepanjang Januari 2025 sebesar Rp766 miliar hingga 10 Januari 2025. Tak heran bila harga saham BBRI pun tertekan 1,7% pada periode yang sama.
Apa penyebab penurunan harga saham BBRI dan IHSG? Simak ulasan selengkapnya di BisnisIndonesia.id.
Dicari Startup Garap Hilirisasi, Modal Ventura Siapkan Kucuran Modal
Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) mempertimbangakan untuk ikut andil dalam pembiayaan sektor penghiliran, seiring dengan dorongan lembaga keuangan non-bank untuk masuk di ekosistem tersebut.
Selama ini investasi modal ventura di Indonesia berfokus pada pendanaan startup atau rintisan sehingga masuk pada tahap tahap awal dan pertumbuhan. Langkah untuk mendukung sektor penghiliran bisa melalui pendanaan terhadap startup yang mengembangkan teknologi tersebut.
Contoh lainnya, Amvesindo menjelaskan industri modal ventura juga dapat mendanai startup edutech yang berfokus pada peningkatan keterampilan atau upskilling tenaga kerja dalam industri penghiliran.
Apa saja langkah Amvesindo untuk mengucurkan dana ke sektor penghiliran? Ulasan selengkapnya bisa diakses di BisnisIndonesia.id.
Fakta Pertamina Akuisisi Saham Citicore Lewat Pertamina NRE
Kabar PT Pertamina (Persero) melalui entitas usahanya PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina New & Renewable Energy) atau Pertamina NRE mengakuisisi saham Citicore Renewable Energy kian santer terdengar.
Kendati hingga kini belum ada pernyataan resmi dari subholding Pertamina yang memang fokus pada bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) perseroan, Citicore dalam pengumuman pada Jumat (10/1/2025) telah menyampaikan kabar jual beli saham tersebut.
Perusahaan energi terbarukan asal Filipina itu bahkan menyebutkan nilai transaksi pembelian 20% saham Citicore oleh Pertamina mencapai 6,70 miliar peso atau sekitar US$115 juta (setara Rp1,87 triliun).
Lantas, seperti apa fakta rencana aksi akuisisi saham Citicore oleh Pertamina? Redaksi BisnisIndonesia.id telah menyediakan ulasan selengkapnya.
Rencana IPO Superbank, Ekosistem Bank Digital Kongsi Grab & Emtek (EMTK) Makin Jumbo?
Bank digital kongsi Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Super Bank Indonesia (Superbank) dikabarkan berencana melantai di Bursa Efek Indonesia untuk menambah dana jumbo.
Melalui rencana aksi pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) itu nantinya mengincar dana Rp4,88 triliun.
Dilansir dari Bloomberg seperti dikutip Bisnis.com, sumber yang mengetahui rencana tersebut juga menjelaskan bahwa Superbank mengincar dana penjualan saham potensial dari IPO senilai US$200 juta hingga US$300 juta atau Rp3,25 triliun hingga Rp4,88 triliun (kurs Rp16.270 per dolar AS).
Superbank dikabarkan mengincar valuasi senilai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar dalam pencatatan saham perdananya nanti. Kendati begitu, saat ini rencana IPO Superbank dikabarkan masih dalam tahap awal dan belum menghasilkan keputusan. Kepada Bisnis, Juru Bicara Superbank menjelaskan bahwa perusahaan tidak dapat memberikan komentar terkait rumor atau spekulasi yang beredar atas kabar rencana IPO.
Bagaimana kinerja Superbank di tengah kabar IPO? Simak berita selengkapnya di BisnisIndonesia.id.
Pesona Batu Bara RI Menolak Padam
Berulang kali sempat akan 'ditinggalkan' karena desakan global untuk menggunakan sumber energi yang lebih hijau dengan target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060, batu bara hingga kini masih menjadi sumber energi andalan.
Pesona emas hitam itu tak sedikit pun memudar, bahkan makin 'menyilaukan' di tengah dorongan untuk memanfaatkan lebih banyak sumber energi baru terbarukan (EBT). Setidaknya permintaan emas hitam itu dari China dan sejumlah negara Asia Tenggara diproyeksikan tetap tinggi ke depannya.
Berkaca pada laporan terbaru Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), permintaan batu bara global akan terus meningkat dan mencapai rekor baru setiap tahunnya sampai 2027.
Permintaan batu bara pada 2027 diestimasi menembus 8,9 miliar ton atau sekitar 1% lebih tinggi daripada level 2024. IEA menyebutkan estimasi itu cukup realistis, mengingat realisasi permintaan batu bara dalam beberapa tahun terakhir selalu berada di atas perkiraan.
Bagaimana potret produksi batu bara dalam negeri pada 2024? Berita selengkapnya bisa diakses di BisnisIndonesia.id.