Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar Perkasa Usai Trump Menang Pilpres AS, Rupiah Ditutup Jeblok

Indeks dolar terpantau naik 1,56% ke posisi 105,03 di tengah Pilpres AS yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.833 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (6/11/2024) di tengah momen gelaran pemilihan presiden (Pilpres) AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan pelemahan 0,53% atau 84 poin ke posisi Rp15.833 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau naik 1,56% ke posisi 105,03.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami tren pelemahan. Yen Jepang misalnya melemah 1,53%, won Korea Selatan melemah 1,01%, dolar Singapura melemah 1,29%, serta yuan China melemah 0,74%.

Sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan. Peso Filipina misalnya melemah 0,62%, rupee India melemah 0,16%, serta baht Thailand melemah 1,56% terhadap dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama gelaran Pilpres AS. Menurutnya, pasar bersiap untuk masa jabatan kedua Donald Trump yang mengungguli Kamala Haris dalam gelaran Pilpres AS.

Melansir Reuters, Rabu (6/11/2024), Trump memang terpantau masih memimpin dalam perolehan suara Pilpres AS versi hitung cepat (quick count). Trump meraih suara elektoral di 24 negara bagian dengan raihan 230 suara. Sementara itu, Kamala Harris dari Partai Demokrat meraih 169 suara elektoral dari 13 negara bagian, menurut hitung cepat Edison Research.

Kemenangan Trump berpotensi mempertahankan suku bunga tetap tinggi dan dolar AS tetap kuat pada tahun-tahun mendatang. Selain itu, kemenangan Trump meberi dampak melonjaknya imbal hasil treasury.

Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan lebih banyak kebijakan inflasi, mengingat pendiriannya tentang perdagangan proteksionis dan imigrasi. Skenario seperti itu diperkirakan akan membuat suku bunga relatif lebih tinggi dalam jangka panjang. 

Selain itu, prospek kemenangan Trump menghadirkan lebih banyak tekanan ekonomi pada China. Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang tinggi pada China, menandakan lebih banyak tekanan ekonomi pada negara tersebut yang sedang bergulat dengan deflasi terus-menerus serta penurunan pasar properti berkepanjangan. 

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2024 melandai. Melemahnya pertumbuhan ini tak lepas dari melandianya konsumsi rumah tangga Indonesia. Hal ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi pemerintahan baru Presiden RI Prabowo Subianto. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melandai ke angka 4,95% secara tahunan (year on year/YoY) untuk kuartal III/2024 atau terburuk dalam setahun terakhir. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal II/2024 yang berada di angka 5,05%.

Untuk perdagangan besok, Kamis (7/11/2024), mata uang rupiah diproyeksikan fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.820 - Rp15.920 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper