Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rugi Garuda Indonesia Membengkak Semester I/2024, Avtur Mahal Salah Satu Sebabnya

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mencatat pembengkakan rugi bersih sepanjang semester I/2024. Ini penyebabnya
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mencatat pembengkakan rugi bersih sepanjang semester I/2024. Rugi yang membengkak akibat adanya lonjakan beban, khususnya bahan bakar serta pemeliharaan dan perbaikan. 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, GIAA mencatatkan kenaikan di beberapa pos beban sepanjang semester I/2024. Beban operasional penerbangan membengkak 15,02% menjadi US$839,12 juta dibandingkan dengan semester I/2023 yang sebesar US$729,49 juta. 

Beban operasional terdiri dari beberapa segmen yaitu bahan bakar atau avtur menyumbang sebesar US$535,51 juta, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$439,20 juta. 

Kemudian secara berturut-turut adalah beban penyusutan US$168,86 juta, gaji, tunjangan dan imbalan kerja US$79,47 juta, sewa dan charter pesawat sebesar US$47,37 juta, asuransi sebesar US$7,07 juta dan lainnya sebesar US$821.893. 

Kemudian beban pemeliharaan dan perbaikan meningkat 61,49% menjadi sebesar US$257,57 juta dibandingkan dengan semester I/2024 yang hanya sebesar US$159,49 juta. 

Terdapat lonjakan pada segmen beban penyusutan menjadi US$108,25 juta, pemeliharaan dan perbaikan sebesar US$67,52 juta dari sebelumnya hanya US$15,12 juta. 

GIAA sendiri juga masih mencatatkan utang usaha bahan bakar yaitu sebesar US$16,62 juta per Juni 2024. Angka ini meningkat dibandingkan dengan periode akhir 2023 yang hanya sebesar US$7,05 juta. 

Secara keseluruhan, GIAA menanggung beban usaha sebesar US$1,53 miliar sepanjang semester I/2024. Beban ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$1,24 miliar. 

Beban tersebut menekan pendapatan usaha yang sebenarnya meningkat menjadi US$1,27 miliar sepanjang semester I/2024. 

Alhasil rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk membengkak menjadi US$101,65 juta dibandingkan dengan posisi semester I/2023 yang hanya sebesar uS$76,50 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper