Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp15.377 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat ke level Rp15.377 per dolar AS pada Jumat (6/9/2024).
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center Bank Mandiri di Jakarta.
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center Bank Mandiri di Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.377 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (6/9/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,15% atau 23,5 poin ke posisi Rp15.377 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,11% ke posisi 100,972.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,47%, won Korea menguat 0,39%, yuan China menguat 0,06%, dan baht Thailand menguat 0,27%.

Selanjutnya, dolar Singapura menguat sebesar 0,12%, rupee India menguat 0,06%, ringgit Malaysia menguat 0,10%, dolar Taiwan menguat 0,50%, dan peso Filipina menguat 0,56%. Sementara, dolar Hong Kong stagnan.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan investor tengah bersiap menghadapi pekan yang penuh dengan data penting, termasuk laporan gaji AS yang akan dirilis pada Jumat.

Dia mengatakan bahwa laporan pekerjaan ini, diharapkan memiliki dampak besar terhadap keputusan Federal Reserve atau The Fed yang akan diumumkan pada 18 September 2024.

“Antisipasi terhadap data penggajian ini meningkat setelah komentar dari Ketua Fed, Jerome Powell, bulan lalu yang menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga karena kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja,” ujarnya.

Menurut alat CME FedWatch, ada peluang 63% untuk penurunan sebesar 25 basis poin dan peluang 37% untuk penurunan sebesar 50 basis poin. Secara keseluruhan, pasar telah memperhitungkan total penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin sepanjang 2024. 

Sementara, Ibrahim menuturkan dari dalam negeri bahwa pasar merespons positif data inflasi Agustus 2024 yang mencapai 2,12% year-on-year (YoY). Posisi itu bergerak stabil karena didorong oleh penurunan sebagian besar harga pangan. 

“Namun, pemerintah tetap mewaspadai potensi risiko musim kemarau yang dapat berdampak pada komoditas beras,” katanya. 

Inflasi harga yang diatur pemerintah tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,68% YoY, didorong oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok. Sementara itu, inflasi harga bergejolak melanjutkan tren penurunan sebesar 3,04% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper