Bisnis.com, JAKARTA — Sanksi Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap logam Rusia akan memperkuat posisi China sebagai pembeli komoditas utama Moskow dan meningkatkan peran Shanghai sebagai tempat untuk menetapkan harga bahan-bahan penting perekonomian global.
Seperti dilaporkan Bloomberg Senin (15/4/2024), larangan London Metal Exchange terhadap aluminium, tembaga, dan nikel Rusia yang baru diproduksi kemungkinan akan mendorong impor ke China lebih tinggi lagi.
Adapun, sanksi teranyar ini membuat Shanghai Futures Exchange sebagai satu-satunya bursa komoditas utama di dunia yang menerima pengiriman ketiga logam tersebut dari Rusia.
“Likuiditas logam Rusia di pasar Eropa dan Amerika mungkin makin menurun, dan arus perdagangan global juga akan berubah,” ujar Analis Senior Guotai Junan Futures Co. Wang Rong dilansir dari Bloomberg, Senin (15/4/2024).
Dilansir dari Antara, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS (OFAC) lewat pemberitahuan pada Jumat (12/4/2024) waktu setempat, mengatakan bahwa AS melarang impor aluminium, tembaga, dan nikel asal Rusia.
Kendati demikian, aturan baru tersebut tidak mencakup aluminium, tembaga, dan nikel asal Rusia yang diproduksi sebelum 13 April 2024.
Baca Juga
Departemen Keuangan AS melalui siaran persnya pada Jumat mengatakan bahwa bursa logam London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME) dilarang menerima aluminium, tembaga, dan nikel produksi Rusia.
Sementara itu, Duta Besar Rusia di Washington, Anatoly Antonov, mengatakan larangan Amerika Serikat terhadap perdagangan aluminium, tembaga dan nikel Rusia adalah langkah yang tidak dapat dibenarkan dan bersifat politis.
“Larangan ketat yang diumumkan terhadap perdagangan aluminium, tembaga, dan nikel Rusia adalah langkah lain yang tidak dapat dibenarkan dan dipolitisasi. Apalagi tindakan ini bukan sekadar tembakan ke kaki, tetapi tembakan membabi buta,” ujarnya.
Keputusan AS itu, kata dia, kemungkinan besar didasarkan pada perhitungan bahwa harga sumber daya alam tidak akan meroket di pasar AS. Pemerintah AS bisa dengan mudah menciptakan ketidakseimbangan di pasar dunia dengan melibatkan negara-negara satelitnya dalam pemberian sanksi.
“Mereka [pemerintah AS] menggambarkan langkah-langkah tidak sah mereka sebagai bukti kepemimpinan dalam menghalangi Rusia dan juga sebagai upaya untuk menghambat keberhasilan kami dalam operasi militer khusus [di Ukraina],” ujarnya.