Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) terus menggodok rencana ekspansi perseroan ke bisnis hilir (downstream) sawit.
Sekretaris Perusahaan Triputra Agro Persada Joni Tjeng memaparkan ekspansi ke sektor hilir sawit selalu menjadi bagian rencana perseroan. Hal tersebut seiring dengan upaya TAPG dalam meningkatkan kinerja keuangannya.
Joni mengatakan ekspansi ke segmen hilir usaha sawit salah satunya akan dilakukan melalui penambahan fasilitas penyulingan (refinery) sawit. Menurutnya, perusahaan dapat melakukan pembangunan refinery sendiri atau bekerja sama dengan pelaku usaha yang telah memiliki fasilitas tersebut.
Meski demikian, Joni tidak menyebutkan detail waktu secara pasti terkait proyek pembangunan refinery tersebut. Perusahaan masih terus mengkaji dan mencari peluang yang tepat sebelum masuk ke bisnis ini.
“Untuk timing realisasinya tentu akan disesuaikan dengan strategi perseroan,” jelas Joni saat dihubungi pada Kamis (22/12/2022).
Joni menambahkan TAPG juga akan mulai mengoperasikan pabrik minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) dengan biogas pada awal tahun 2023 mendatang. Menurutnya, pengoperasian pabrik tersebut akan memberikan nilai tambah (value added) terhadap kinerja perusahaan pada tahun 2023.
Baca Juga
Sementara itu, Triputra Agro juga telah menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp570 milliar untuk tahun 2023. Dari jumlah tersebut, sebanyak 60 persen akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, sementara 40 persen akan digunakan untuk kebutuhan terkait produksi sawit.
Dari sisi operasional, TAPG memprediksi pertumbuhan produksi CPO pada tahun 2023 tidak akan setinggi tahun – tahun sebelumnya. Menurut Joni, sepanjang tahun 2020 – 2022, Indonesia terus mengalami siklus cuaca La Nina yang mendukung produksi CPO nasional.
Sedangkan, pada tahun 2023 Joni memproyeksikan kondisi iklim akan cenderung berubah dan netral. Hal tersebut akan berimbas pada melambatnya pertumbuhan produksi CPO perusahaan sepanjang tahun 2023 mendatang.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan produksi pada tahun 2023 hanya mencapai 6 persen dibandingkan tahun 2022,” imbuhnya.