Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Andai Setahun Jokowi-Ma'ruf Tanpa Covid-19, Begini Jadinya Nasib Lantai Bursa

Data Bloomberg menunjukkan pergerakan indeks menguap 17,64 persen dari level 6.191,95 atau setahun setelah Joko Widodo (Jokowi) dilantik sebagai Presiden untuk periode 2019—2024.
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI)  di Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia digadang-gadang bisa menjadi salah satu emerging market terbaik di kawasan Asean pada 2020 atau setahun periode pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Sayangnya, Covid-19 menyapu rata seluruh bursa dunia tidak terkecuali pasar modal RI.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di level 5.099,84 pada akhir sesi Selasa (20/10/2020). Data Bloomberg menunjukkan pergerakan indeks menguap 17,64 persen dari level 6.191,95 atau setahun setelah Joko Widodo (Jokowi) dilantik sebagai Presiden untuk periode 2019—2024.

Laju IHSG beberapa bulan pertama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf masih mampu bertahan di atas 6.000. Indeks sempat amblas meninggalkan 6.000 pada 28 November 2019 ke 5.953,060 namun kembali perkasa sehari berikutnya.

Sejak saat itu, IHSG melenggang bahkan hingga menyentuh 6.547,87 pada 6 Februari 2020. Posisi itu menjadi level tertinggi indeks selama setahun pasca pelantikan Jokowi-Ma’ruf.

Catatan capaian IHSG pada setahun pertama Presiden Jokowi periode 2019—2024 tidak sebaik setahun pertamanya untuk masa jabatan 2014—2019. Saat itu, IHSG hanya terkoreksi 8,81 persen ke level 4.585,82 pada rentang 20 Oktober 2014—20 Oktober 2015.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan masa awal pemerintahan Jokowi periode kedua terbilang sukar. Sejumlah tekanan dihadapi seperti lesunya ekonomi global akibat perang dagang China dan Amerika Serikat serta tragedi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

“Sentimen-sentimen ini mungkin yang menyebabkan IHSG berjalan mendatar di kisaran 6.000-6.300 sepanjang pengujung 2019,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (20/10/2020).

Ujian bagi Presiden Jokowi dan IHSG tidak berhenti. Periode lebih kelam menghampiri pada 2020.

Dunia menghadapi sejarah baru. Kehadiran virus Covid-19 juga turut memporak-porandakan IHSG.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kinerja IHSG sempat terpuruk ke titik terendah 3.937 pada Maret 2020. Kendati demikian, pergerakan sudah kembali menguat ke posisi 5.126 dengan kapitalisasi pasar Rp5.960 triliun hingga Senin (19/10/2020).

Frankie mengatakan pemerintah sangat gencar dalam menangani Covid-19. Beberapa strategi ditempuh termasuk penyesuaian APBN untuk bidang kesehatan.

Kebijakan untuk membangkitkan ekonomi Indonesia seperti stimulus serta relaksasi pajak dan perkreditan juga dikeluarkan. Sentimen-sentimen dinilai mendapat respons positif investor.

“Walau kasus Covid-19 di Tanah Air belum melandai namun sentimen kebijakan di atas dirasa cukup positif oleh investor  yang tercermin pada kenaikan kembali IHSG ke angka 5.000-an,” imbuh Frankie.

Tanpa Covid-19

Frankie pun coba berandai-andai apabila pandemi Covid-19 tidak terjadi. Menurutnya, Indonesia bisa menjadi salah satu emerging market terbaik di kawasan Asean.

Pemerintahan Jokowi, lanjut dia, sangat gencar dalam membangun pemerataan pembangunan Indonesia seperti infrastruktur, jalan raya dan tol laut. Apalagi, ada wacana pemindahan ibu kota.

“Hal ini yang bakal menarik investor untuk ekspansi dan membangun industri di Indonesia yang dengan infrastruktur yang ada dapat mempercepat dan mengurangi biaya dalam arus barang. Jika inflow kuat, IHSG bisa terangkat dari masa konsolidasinya pada 2019,” paparnya.

Senada, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai investor asing sejatinya merespons positif pemerintahan Presiden Jokowi periode kedua. Menurutnya, asing cukup percaya dengan perekonomian Indonesia.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat investor asing memborong saham di dalam negeri pada 2019. Tercatat, net buy atau beli bersih menembus Rp49,19 triliun.

Sayangnya, kondisi berbalik pada 2020. Investor asing angkat kaki dari pasar modal Indonesia.

“Memang selama pandemi, dana asing keluar banyak dari Indonesia dan di dunia juga turun,” ujar Hans.

Data BEI menunjukkan investor asing mencetak net sell atau jual bersih Rp494,33 miliar pada Jumat (16/10/2020). Sepanjang periode berjalan 2020, investor asing membukukan jual bersih Rp46,545 triliun.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan investor asing mengkritik keberadaan instrumen hedging di pasar modal Indonesia yang belum lengkap. Menurutnya, instrumen hedging baik mulai dari nilai tukar maupun risiko suku bunga serta hedging default  yang belum begitu banyak.

“Sehingga investor asing ini kalau ada sentimen negatif strateginya pasti di sell off karena tidak ada hedging yang mumpuni. Toh, kalau ada cukup mahal terutama nilai tukar,” ujarnya.

Wimboh menuturkan industri pasar modal mengawali 2020 dengan optimisme. Hal itu sejalan dengan meredanya perang dagang.

Kendati demikian, lanjut dia, ada tamu tidak diundang yakni Covid-19. Akibatnya, IHSG amblas hingga sempat meninggalkan level 4.000.

Namun, dia mengapresiasi kemampuan pasar modal dalam negeri untuk menahan penurunan dan membawa kepercayaan kembali investor. IHSG kini sudah kembali ke level 5.000 dan diyakini akan kembali normal.

Insya Allah kami yakin akan kembali normal sejalan dengan perekonomian,” imbuhnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper