Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Rencana Buyback Minim Realisasi

Realisasi buyback yang disampaikan 67 emiten baru terealisasi 8,8 persen.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Program pembelian kembali saham atau buyback yang diumumkan emiten sejak tiga bulan lalu bakal segera berakhir. Realisasi buyback tercatat masih rendah, kurang dari sepuluh persen dari anggaran yang disediakan.

Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan realisasi buyback baru mencapai 8,8 persen dari anggaran yang disediakan emiten sebanyak Rp19,6 triliun. Jumlah tersebut berasal dari 67 perusahan yang sudah mengumumkan rencana buyback.

Beberapa emiten mengaku belum melaksanakan rencana buyback. Misal, PT Bumi Serpong Damai Tbk. Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya mengatakan perseroan memiliki tenggat rencana pelaksanaan hingga 18 Juni 2020.

"Belum kita laksanakan dan mungkin tidak akan kami lakukan," katanya kepada Bisnis,  Selasa (16/6/2020).

Sebelumnya, emiten bersandi saham BSDE itu mengumumkan kesiapan dana hingga Rp1 triliun untuk program pembelian kembali saham. Aksi itu akan dilancarkan mulai 19 Maret sampai dengan 18 Juni 2020. Adapun jumlah saham yang bakal dibeli sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal yang disetor. 

Hermawan tidak menjelaskan detail pembatalan aksi buyback itu. Namun perlu diketahui, perseroan bakal melaksanakan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHEMTD) pada 18 Juni.

Tanggal yang bertepatan dengan berakhirnya jadwal buyback. BSDE bakal menerbitkan maksimal 1,92 miliar saham atau 10 persen dari modal yang telah ditempatkan.

Dengan demikian saham perseroan yang beredar bakal bertambah menjadi 21,17 miliar dari posisi 19,24 miliar saham per 26 Juni mendatang. Menilik dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2018 ketika aksi itu disetujui. BSDE mengincar dana sebesar Rp3,27 triliun dengan harga pelaksanaan Rp1.698 per saham.

BSDE bukan satu-satunya emiten yang urung melaksanakan rencana buyback. Dari kalangan pelat merah, PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. juga tidak berniat merealisasikan rencana buyback dengan berbagai pertimbangan.

Sementara itu, emiten perkebunan PT Provident Agro Tbk. (PALM) telah merealisasikan pembelian kembali saham sebanyak 39,73 persen.

Sekretaris Perusahaan Provident Agro Lim Na Lie mengatakan perseroan telah membeli 43,70 juta saham dari target sebanyak 110 juta saham. Total target pembelian itu setara dengan 1,55 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. 

"Pembelian menggunakan harga yang lebih rendah atau sama dengan harga transaksi sebelumnya. Dana yang telah dikeluarkan atau terealisasi sekitar Rp15,4 miliar," ungkapnya.

Berdasarkan prospektus yang diterbitkan PALM, dana yang dipersiapkan untuk mendanai aksi tersebut mencapai Rp28,93 miliar. Perusahaan yang dimiliki oleh Grup Saratoga itu, melakukan aksi buyback untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan kinerja saham perseroan.

Selain itu, PALM juga berupaya untuk meningkatkan fleksibilitas dalam mengelola modal yang lebih efisien. PALM akan melakukan pembelian kembali mulai 13 April 2020 sampai dengan 12 April 2021.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper